Ntvnews.id, Moskwo - Pemerintah Rusia menyampaikan respons berhati-hati atas pengumuman mengejutkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memerintahkan dimulainya kembali uji coba senjata nuklir setelah moratorium selama 33 tahun.
Otoritas Rusia menegaskan bahwa mereka tidak melakukan uji coba semacam itu, namun menyatakan akan menyesuaikan langkah jika AS benar-benar melakukannya.
Trump memerintahkan Pentagon untuk segera melanjutkan kembali uji coba senjata nuklir, sebuah keputusan yang disebutnya sebagai respons terhadap aktivitas militer negara lain.
Pengumuman ini muncul setelah Rusia melaksanakan uji coba rudal jelajah Burevestnik yang berkemampuan nuklir dan drone bawah laut Poseidon yang juga menggunakan tenaga nuklir dalam beberapa hari terakhir.
Dalam pernyataannya, Trump bahkan menyinggung kekuatan nuklir Rusia dan China.
Dalam pidato resminya, Trump mengatakan, "karena negara-negara lain sedang menguji program," maka AS akan "memulai uji coba senjata nuklir kita atas dasar yang sama." Ia menambahkan bahwa, "Proses itu akan segera dimulai."
Baca Juga: Hasil Tatap Muka Sebentar Antara Trump dan Xi Jinping
Dilansir dari Reuters, Sabtu, 1 November 2025, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, menyatakan bahwa Rusia tidak memiliki informasi mengenai negara mana pun yang melakukan uji coba senjata nuklir seperti yang disebutkan oleh Trump.
"Saat ini sedang berlaku moratorium (uji coba nuklir)," tegas Peskov.
"Dalam pernyataannya, Presiden Trump menyebutkan bahwa negara-negara lainnya sedang terlibat dalam uji coba senjata nuklir. Hingga saat ini, kami tidak mengetahui negara mana pun yang sedang melakukan uji coba tersebut." tambahnya.
Peskov juga mengungkapkan bahwa Rusia belum menerima pemberitahuan resmi dari Amerika Serikat mengenai perubahan kebijakan terkait uji coba nuklir tersebut. Ketika ditanya apakah pernyataan Trump dapat memicu perlombaan senjata nuklir baru, ia menjawab dengan singkat, "Tidak juga."
Kremlin Tegaskan Uji Coba Rudal dan Drone Rusia Bukan Uji Coba Nuklir
Peskov menegaskan bahwa uji coba rudal jelajah Burevestnik pada 21 Oktober dan drone bawah laut Poseidon pada 28 Oktober, yang diumumkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, bukan merupakan uji coba senjata nuklir.
"Jika (Trump) dengan cara tertentu menyebut uji coba Burevestnik sebagai uji coba nuklir yang dilakukan negara lain, maka itu sama sekali tidak akurat. Semua negara terus mengembangkan sistem pertahanan mereka, tetapi ini bukan merupakan uji coba nuklir," ujar Peskov.
Presiden Putin sendiri telah berulang kali menegaskan bahwa Rusia akan merespons setiap pelanggaran moratorium uji coba nuklir oleh negara lain.
Baca Juga: Xi Jinping Puji Donald Trump Atas Perannya dalam Perdamaian Dunia
"Saya ingin mengingatkan kembali pernyataan Presiden Putin, yang telah diulang berkali-kali: Jika seseorang melanggar moratorium, Rusia akan bertindak sesuai dengan itu," tegas Peskov.
Rusia, sejak berakhirnya era Uni Soviet, belum pernah melakukan uji coba senjata nuklir. Uji coba terakhir Uni Soviet terjadi pada tahun 1990. Sementara itu, Amerika Serikat terakhir kali menggelar uji coba nuklir pada tahun 1992, dan China pada tahun 1996.
Langkah Trump yang menghidupkan kembali program uji coba nuklir disebut banyak pihak berisiko mengganggu stabilitas global dan mengancam kesepakatan internasional yang telah menjaga dunia dari perlombaan senjata nuklir selama lebih dari tiga dekade.
Namun bagi Rusia, keputusan tersebut menjadi sinyal bahwa keseimbangan kekuatan strategis dunia tengah memasuki babak baru yang lebih menegangkan.
Arsip - Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (ANTARA)