Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Luar Negeri Afrika Selatan, Ronald Lamola, pada Sabtu 22 November 2025 menyampaikan bahwa tercapainya kesepakatan atas deklarasi para pemimpin negara anggota G20 menandakan keberhasilan multilateralisme. Ia menilai hasil tersebut memperlihatkan komitmen kolektif untuk memperkuat kolaborasi global.
Dalam keterangan kepada awak media, Lamola menegaskan bahwa kesepakatan itu menunjukkan solidaritas negara-negara G20 dalam menjaga kemitraan internasional. "Diadopsinya deklarasi para pemimpin oleh para pemimpin dunia hari ini merupakan kemenangan bagi multilateralisme," ujar Lamola. Ia juga mengatakan bahwa langkah ini menjadi sarana membangun jembatan dengan negara-negara di kawasan Global South.
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pemimpin G20 berlangsung pada 22–23 November di Johannesburg, Afrika Selatan. Tahun ini, delegasi Rusia dipimpin oleh Maxim Oreshkin, wakil kepala staf kantor eksekutif presiden.
G20, atau Group of Twenty, merupakan forum kerja sama multilateral yang terdiri atas 19 negara dan Uni Eropa, dengan fokus pada isu-isu ekonomi global demi mencapai pertumbuhan yang kuat, inklusif, berkelanjutan, dan seimbang. Forum ini mewakili lebih dari 80 persen produk domestik bruto (PDB) dunia, sekitar 75 persen perdagangan global, dan hampir dua pertiga populasi penduduk dunia, sehingga menjadi platform ekonomi terbesar di tingkat internasional.
Baca Juga: Gibran Umumkan Kebijakan Bebas Visa Indonesia–Afrika Selatan di Forum CEO Johannesburg
Pembahasan di G20 dilakukan melalui dua mekanisme, yaitu jalur keuangan (financial track) dan jalur sherpa. Jalur keuangan menangani isu-isu ekonomi dan sektor keuangan, sementara jalur sherpa berfokus pada isu non-keuangan. Jalur keuangan dikoordinasikan oleh kementerian keuangan dan bank sentral negara anggota, sedangkan jalur sherpa dijalankan oleh perwakilan khusus masing-masing negara yang merancang agenda, membangun konsensus, dan menyelesaikan detail teknis sebelum dibawa ke tingkat kepala negara dalam KTT.
Pada jalur keuangan, pembahasan meliputi berbagai isu strategis seperti stabilitas keuangan global, kebijakan fiskal dan moneter, pertumbuhan ekonomi, perpajakan internasional, regulasi sektor keuangan, inklusi keuangan, hingga pendanaan untuk pembangunan dan isu perubahan iklim. Hasil perundingan dari jalur ini menjadi landasan keputusan para pemimpin dunia saat pertemuan puncak berlangsung, sekaligus melengkapi pembahasan pada jalur sherpa yang lebih menitikberatkan pada isu geopolitik, pembangunan, dan kerja sama lintas sektor.
G20 terbentuk pada 1999 sebagai respons atas krisis keuangan global. Pada awalnya, forum ini hanya berupa pertemuan antara menteri keuangan dan gubernur bank sentral, kemudian sejak 2008 formatnya berkembang menjadi KTT tingkat kepala negara. Anggota G20 terdiri atas Afrika Selatan, Arab Saudi, Argentina, Australia, Amerika Serikat, Brasil, Britania Raya, China, India, Indonesia, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Korea Selatan, Meksiko, Prancis, Rusia, Turki, dan Uni Eropa.
(Sumber : Antara)
Afrika Selatan secara resmi memulai kepemimpinan sebagai presiden G20 pada Minggu (1/12/2024), dengan Presiden Cyril Ramaphosa menyebut momen ini sebagai hari bersejarah bagi negaranya. Afrika Selatan menjadi negara Afrika pertama yang memimpin kelompok negara-negara ekonomi kuat tersebut. /ANTARA/Anadolu/py. (Antara)