Jeritan Warga Aceh Tamiang, Terpaksa Minum Air Banjir Gegara Bantuan Belum Masuk

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 3 Des 2025, 12:35
thumbnail-author
Dedi
Penulis & Editor
Bagikan
Bencana banjir merobohkan rumah warga di Aceh. (Foto: Puspen TNI) Bencana banjir merobohkan rumah warga di Aceh. (Foto: Puspen TNI)

Ntvnews.idAceh Tamiang - Warga Aceh Tamiang masih berada dalam krisis kemanusiaan terparah sejak banjir bandang melanda kawasan ini akhir November lalu sampai hari Selasa, 3 Desember 2035. Seluruh kecamatan dan permukiman di kabupaten tersebut terisolasi dan tanpa akses keluar.

Sementara itu, pemerintah daerah dan relawan menghadapi kesulitan besar untuk menembus lokasi terdampak. Jalur utama terputus, jaringan komunikasi lumpuh, dan cuaca yang tidak menentu memperlambat upaya bantuan.

Data dari otoritas setempat mencatat, sebanyak 51.726 kepala keluarga (KK) atau 206.903 jiwa terpaksa mengungsi. Ribuan lainnya masih bertahan di rumah-rumah semi hancur, gedung sekolah, atau lokasi-lokasi tinggi yang tersisa.

Hingga laporan ini disusun, 18 orang dilaporkan meninggal dan seorang warga mengalami luka-luka. Namun jumlah korban diprediksi akan bertambah karena banyak daerah yang belum bisa diakses tim penyelamat.

Baca Juga: Jalankan Instruksi Prabowo, TNI AD Kerahkan Logistik Skala Besar ke Aceh, Sumut Juga Sumbar

Kesaksian langsung datang dari Muhammad Irwan, seorang jurnalis yang juga menjadi korban banjir. Ia menggambarkan Aceh Tamiang nyaris tidak menyisakan bangunan, dengan karena rumah warga luluh lantak, jalan terputus, dan puing-puing berserakan.

Irwan menambahkan, beberapa jenazah ditemukan mengapung di genangan air dan tidak bisa segera dievakuasi karena kekurangan alat dan tenaga. Selama tiga hari terakhir, warga terpaksa mencari makanan sisa yang hanyut terbawa banjir.

“Mie instan yang basah, makanan rusak, atau apa pun yang masih bisa dimasak menjadi pilihan terakhir untuk bertahan hidup. Situasi diperparah dengan tidaknya akses air bersih, membuat warga terpaksa merebus air banjir untuk dijadikan minuman,” kata Irwan.

“Kami sudah tiga hari tidak makan. Apa pun yang kami temukan, kami rebus dan makan. Untuk minum, kami rebus air banjir itu. Tidak ada pilihan lain,” lanjutnya.

Hal serupa juga datang dari seorang warga yang bernama Azhar (48). Ia diketahui berasal dari Kecamatan Karang Baru, Aceh Tamiang. Ia mengungkapkan penderitaan keluarganya selama banjir bandang tersebut melanda Aceh dan sekitarnya.

Baca Juga: Upaya Pemulihan Aceh Tamiang Dipercepat: Akses Dibuka, Bantuan Dikirim Lewat Sungai dan Airdrop

“Kami lapar. Kami haus. Yang paling menyiksa, anak-anak kami muntah-muntah setiap hari karena hanya makan mi instan dan terpaksa meminum air kotor yang kami masak seadanya,” kata dia dalam keterangan resminya, dilansir pada Rabu, 3 Desember 2025.

“Semua kami beli, Bang. Bantuan belum masuk sama sekali ke desa kami. Kami tidak tahu lagi harus berharap kepada siapa. Di sini, uang pun tidak laku karena tidak ada makanan yang bisa dibeli,” ungkapnya.

Krisis juga memaksa tindakan ekstrem demi bertahan hidup. Seorang ibu dengan dua bayi terpaksa menyaring air banjir untuk diminum oleh bayinya, sementara hanya mengandalkan makanan ringan yang lewat di jalan karena logistik sudah habis.

Aceh Tamiang saat ini tidak hanya menghadapi kerusakan fisik yang masif, tetapi juga krisis kemanusiaan yang memaksa warganya bertahan hidup dengan kondisi paling ekstrem, termasuk merebus air banjir sebagai satu-satunya sumber minum.

x|close