Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia kembali menegaskan komitmen pemerintah untuk menghentikan impor solar mulai tahun 2026 seiring dengan meningkatnya kapasitas produksi dalam negeri.
Menurut Bahlil, rencana tersebut dapat direalisasikan apabila Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) di Balikpapan, Kalimantan Timur, telah beroperasi secara optimal sehingga mampu memenuhi kebutuhan pasokan solar nasional.
"Agenda kami pada tahun 2026 itu tidak ada impor solar lagi," ujar Bahlil di Jakarta, Minggu.
Ia menjelaskan bahwa kebijakan tidak mengimpor solar akan diterapkan apabila pasokan dalam negeri telah mencukupi. Namun demikian, pemerintah masih membuka kemungkinan impor terbatas dan sementara apabila kesiapan produksi domestik belum sepenuhnya tercapai demi menjaga ketahanan energi nasional.
"Tetapi tergantung dari Pertamina. Kalau katakanlah bulan Maret baru bisa, berarti Januari, Februari yang mungkin sedikit, mungkin sedikit yang bisa kita lagi exercise (memperhitungkan). Tapi itu pun lagi saya exercise ya. Tapi kalau katakanlah Januari, Februari pun tidak perlu impor, tidak usah, untuk apa impor? Tapi kalau kebutuhan memang harus katakanlah kalau kita belum siap, ya kita daripada tidak ada," katanya.
Baca Juga: Pertamina Luncurkan BBM Baru Biosolar Performance untuk Sektor Industri
Selain soal pasokan, Bahlil juga menyinggung peningkatan kualitas BBM solar. Ia menegaskan pemerintah siap melakukan upaya perbaikan kualitas secara bertahap.
"Upayanya akan ke sana. Terus kita lakukan yang terbaik," ujar Bahlil.
Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia telah melaporkan kepada Presiden Prabowo Subianto bahwa Indonesia ditargetkan tidak lagi mengimpor solar mulai tahun 2026. Target tersebut sejalan dengan rencana pengoperasian proyek RDMP di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Dengan beroperasinya kilang tersebut, Bahlil menyatakan produksi solar dalam negeri diharapkan mampu memenuhi kebutuhan nasional tanpa harus bergantung pada impor.
Selain mengandalkan RDMP, pemerintah juga terus mendorong pengembangan bahan bakar nabati melalui implementasi kebijakan biodiesel B50. Menurut Bahlil, kombinasi antara tambahan produksi dari RDMP dan penerapan B50 diperkirakan dapat menciptakan kelebihan pasokan (oversupply) solar.
Kondisi tersebut membuka peluang bagi Indonesia untuk tidak hanya memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga berpotensi mengekspor solar ke pasar internasional pada masa mendatang.
(Sumber : Antara)
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia berkunjung ke Integrated Terminal Jakarta, di Jakarta, Minggu 28 Desember 2025. ANTARA/Aji Cakti (Antara)