China Tegaskan Latihan Militer di Taiwan Sebagai Peringatan Keras untuk Separatis

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 30 Des 2025, 10:20
thumbnail-author
Naurah Faticha
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Tangkap layar video latihan militer Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) dari laman Kementerian Pertahanan China. (ANTARA/HO-Kementerian Pertahanan China) Tangkap layar video latihan militer Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) dari laman Kementerian Pertahanan China. (ANTARA/HO-Kementerian Pertahanan China) (Antara)

Ntvnews.id, Beijing - Pemerintah China menegaskan bahwa latihan gabungan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) yang mengelilingi pulau Taiwan pada Senin, 29 Desember 2025, bertujuan sebagai peringatan bagi "separatis Taiwan" dan kekuatan eksternal yang mendukungnya.

"Latihan ini merupakan peringatan keras terhadap kekuatan separatis 'kemerdekaan Taiwan' dan campur tangan kekuatan eksternal," kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan Nasional Zhang Xiaogang, seperti dikutip dari laman Kementerian Pertahanan, di Beijing, Senin, 29 Desember 2025.

Komando Teater Timur PLA melaksanakan latihan gabungan dengan kode nama "Misi Keadilan 2025" yang meliputi patroli kesiapan tempur laut-udara, perebutan superioritas komprehensif gabungan, blokade pelabuhan dan lokasi penting, serta pencegahan multidimensi di luar rantai pulau.

Latihan ini dilakukan beberapa hari setelah pada 17 Desember 2025, pemerintah AS menyetujui potensi penjualan senjata senilai lebih dari 11 miliar dolar AS kepada Taiwan.

"Latihan gabungan ini merupakan langkah yang sah dan perlu untuk menjaga kedaulatan, keamanan, dan keutuhan wilayah negara. Belakangan ini, kekuatan eksternal berkali-kali telah melampaui batas dalam isu Taiwan, berupaya memberi dukungan moral kepada kekuatan separatis 'kemerdekaan Taiwan'," ungkap Zhang.

Baca Juga: Venezuela Gelar Latihan Militer Besar-besaran, Lawan Operasi AS?

Zhang menambahkan bahwa tindakan pihak eksternal justru memperuncing konfrontasi lintas selat, merusak kedaulatan dan keamanan China, serta mengganggu perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.

"Lai Ching te secara tanpa batas menyandarkan diri pada kekuatan eksternal, dengan arogan melakukan provokasi separatis 'kemerdekaan', sehingga menjadi sumber kekacauan yang merusak status quo Selat Taiwan dan memperburuk ketegangan situasi," jelas Zhang, merujuk pada pemimpin Taiwan saat ini.

"Kekuatan eksternal yang memanjakan dan mendukung 'Taiwan merdeka' hanya akan mencelakakan diri sendiri dan menanggung akibatnya. Kami mendesak negara-negara terkait untuk meninggalkan ilusi 'menggunakan Taiwan untuk menekan China', berhenti memanas-manasi situasi, serta tidak menantang tekad dan kemauan China dalam menjaga kepentingan intinya," tambahnya.

Zhang menegaskan latihan ini juga merupakan peringatan kepada Partai Progresif Demokratik (DPP) di Taiwan bahwa upaya "mengandalkan pihak luar untuk mencari kemerdekaan" pasti akan gagal, dan "menolak reunifikasi dengan kekuatan militer" merupakan jalan buntu.

"Tentara Pembebasan Rakyat China tidak akan ragu untuk memukul upaya separatis dan mendorong reunifikasi, serta akan terus mengorganisasi tindakan anti-separatis dan anti-campur tangan guna dengan tegas menjaga kedaulatan negara, persatuan, dan keutuhan wilayah," ujar Zhang.

Baca Juga: AS dan Arab Saudi Mulai Latihan Militer Bersama di Timur Tengah

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian menambahkan, latihan gabungan tersebut juga menjadi tindakan hukuman dan penangkalan terhadap upaya separatis mencapai "kemerdekaan Taiwan", sekaligus langkah yang diperlukan untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah China.

"Saya ingin menekankan bahwa demi mendorong agenda separatis mereka, otoritas DPP sedang menjadikan Taiwan seperti 'tong mesiu'. Pembelian senjata besar-besaran ini semakin memperlihatkan watak asli mereka sebagai provokator, perusak perdamaian, dan pengobar perang," kata Lin Jian.

Lin Jian menegaskan bahwa siapa pun yang berusaha mempersenjatai Taiwan hanya akan mendorong Selat Taiwan semakin dekat ke bahaya konflik bersenjata.

Paket senjata AS mencakup delapan sistem persenjataan, termasuk Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS), rudal antitank Javelin, 60 sistem howitzer swagerak, serta peralatan terkait dengan nilai lebih dari 4 miliar dolar AS (Rp66,9 triliun). China pun menjatuhkan sanksi terhadap 20 perusahaan militer AS dan 10 orang petinggi korporasi terkait penjualan senjata ke Taiwan.

(Sumber: Antara) 

x|close