"Tapi nanti ada enam tim yang akan tampil pada babak penyisihan zona Asia putaran keempat. Mereka akan dibagi ke dalam 2 grup dengan masing-masing peserta 3 tim sesuai dengan urutan ranking FIFA. Jadwal laga akan sangat ketat bagi tim dengan peringkat rendah," katanya.
"Venue juga akan sangat berpangaruh," Osumi menambahkan.
Di sisi lain, Osumi melihat saat ini timnas Indonesia merupakan tim terbaik di ASEAN. Bahkan Osumi menganggap Skuad Garuda jadi salah satu tim terkuat di Asia. Hanya saja, Osumi yang ikut merekam proses kebangkitan sepak bola Jepang dari nol punya kekhawatiran tentang kebijakan naturalisasi pemain di timnas Indonesia. Sebab menurutnya, langkah terpenting dalam pembentukan tim yang kuat adalah pembinaan, seperti yang mereka lakukan di Jepang.
Bukan di federasi, tapi di klub-klub liga profesional. Jebolan-jebolan akademi klub J League menurut Osumi justru lebih banyak menghasilkan bibit-bibit baru untuk Samurai Biru. Salah satunya adalah Kaoru Mitoma yang ikut tampil melawan timnas Indonesia di GBK.
"Mitoma dikenal sebagai jebolan sekolah sepak bola (milik JFA), tapi dia pernah berlatih di akademi Kawasaki Frontale pada usia 12-18 tahun," kata Osumi.
"Kebijakan naturalisasi tidak bisa dilanjutkan lebih dari 10 tahun, tapi akademi di tim profesional akan menghasilkan pemain timnas untuk lebih dari 100 tahun," Osumi memberi masukan.
Sementara itu, Kim Tae-seok adalah wartawan dari Korea Selatan. Meski negaranya tidak satu grup dengan Indonesia, Kim justru tinggal lebih lama di Jakarta ketimbang Osumi.