A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: Invalid argument supplied for foreach()

Filename: libraries/General.php

Line Number: 87

Backtrace:

File: /www/ntvweb/application/libraries/General.php
Line: 87
Function: _error_handler

File: /www/ntvweb/application/controllers/Read.php
Line: 64
Function: popular

File: /www/ntvweb/index.php
Line: 326
Function: require_once

CEO Persebaya: Masalah Utama Shin Tae-yong Selama di Sini Adalah Komunikasi - Ntvnews.id

CEO Persebaya: Masalah Utama Shin Tae-yong Selama di Sini Adalah Komunikasi

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 9 Jan 2025, 13:13
Akbar Mubarok
Penulis
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Arsip foto - CEO Persebaya Azrul Ananda (ketiga kanan) bersama pemain dan ofisial Persebaya berfoto bersama saat peluncuran tim di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur Arsip foto - CEO Persebaya Azrul Ananda (ketiga kanan) bersama pemain dan ofisial Persebaya berfoto bersama saat peluncuran tim di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur (( (Antara) (Rizal Hanafi) ))

Ntvnews.id, Surabaya - CEO Persebaya Surabaya, Azrul Ananda, menyampaikan pandangannya mengenai kinerja mantan pelatih Tim Nasional Indonesia, Shin Tae-yong (STY), dengan menyoroti masalah komunikasi sebagai tantangan utama yang dihadapi.

"Kami semua harus berterima kasih atas segala kerja beliau selama menangani timnas Indonesia. Tapi menurut saya pribadi, masalah utama STY selama di sini adalah komunikasi," ujar Azrul, Kamis 9 Januari 2025.

Baca Juga: Pengamat Bola Bung Kus Soroti Rekam Jejak Patrick Kluivert: Belum Sebanding STY

Ia menjelaskan bahwa tantangan komunikasi semakin kompleks seiring dengan banyaknya pemain diaspora yang dipanggil ke timnas, sementara kendala bahasa menjadi hambatan besar, mengingat Shin tidak menguasai bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.

"Beliau tidak bisa bahasa Indonesia, juga tidak bisa bahasa Inggris. Ini membutuhkan struktur kompleks melibatkan penerjemah, baik Korea-Indonesia maupun Korea-Inggris, bahkan mungkin Indonesia-Inggris," ucapnya.

Azrul juga menyoroti bahwa selama bertahun-tahun bekerja di Indonesia, Shin tidak menunjukkan upaya untuk belajar bahasa Indonesia. Ia membandingkan hal ini dengan pekerja Indonesia di Korea Selatan yang diwajibkan untuk memahami bahasa setempat.

"Di zaman sekarang ini, kemampuan multibahasa sudah tidak bisa terelakkan. Apalagi untuk jabatan, atau pekerjaan, yang bersifat internasional. Siapa pun tidak akan bisa kelas dunia kalau tidak bisa multibahasa," ucapnya.

Halaman
x|close