Ntvnews.id, Jakarta - Pengamat hingga mantan pemain menyoroti keputusan PT Liga Indonesia Baru yang akhirnya menambah kuota pemain asing di Liga 1 musim depan. Seperti diketahui, PT LIB yang sudah berganti nama jadi I League mengizinkan klub mengimpor hingga 11 pemain.
Jumlah ini meningkat dibanding musim sebelumnya. Meski demikian, dari 11 pemain yang didaftarkan oleh klub, hanya delapan yang boleh bermain dalam satu pertandingan. PT LIB beranggapan bahwa regulasi ini penting untuk meningkatkan performa klub di level Asia.
Baca juga: Sikap APPI Terkait 11 Kuota Pemain Asing di Liga 1 Musim Depan: Tidak Anti, tapi...
"Saya rasa ini berlebihan sekali. Kenapa seperti itu? Karena kesempatan pemain lokal sudah tidak ada lagi untuk bermain di Liga 1," kata mantan pemain nasional, Peri Sandria kepada NTVnews.
Sementara itu, pengamat sepak bola Tommy Welly menilai keputusan LIB meningkatkan jumlah pemain asing sebagai sebuah paradoks melihat level klub di Indonesia saat ini.
"Kita tahu kondisi liga kita masih ada berita-berita di mana klub suka nunggak gaji pemain. Di saat realitasnya seperti itu malah ada regulasi pemain asing dengan formasi 11-8. Bagi saya ini situasi yang membingungkan, menggelikan, paradoks dengan kenyataan," katanya.
"Karena apa? Buat saya lokomotif meningkatkan level profesional sepak bola kita ada di klub. Jadi klub itu yang harus dinaikkan levelnya. Regulasi LIB seharusnya meproteksi pemain-pemain lokal supaya mendapatkan jam terbang dan ujung-ujungnya kualitasnya muncul untuk timnas."
Adapun pengamat sepak bola lainnya, Mohamad Kusnaeni menangkap pesan bahwa PT LIB ingin klub-klub Liga 1 bisa bersaing di kompetisi antarklub Asia. Prestasi yang bagus menurutnya akan membuat peringkat kompetisi Liga 1 naik dan klub-klub lokal bisa lebih banyak main level Asia.
"Pemikiran itu bisa dipahami. Makin banyak klub Liga 1 tampil di ajang internasional memang akan membantu meningkatkan pengalaman bertanding para pemain dan itu bagus buat tim nasional," katanya. "Namun, kebijakan itu tidak bisa berdiri sendiri. Melonggarkan kuota pemain asing harus seiring dengan kebijakan menguatkan kompetisi di level youth development."
"Ibaratnya, pelonggaran kuota pemain asing itu hanya bersifat sementara. Sambil menunggu matangnya para pemain usia muda kita yang sedang diasah melalui kompetisi usia muda."
Regulasi kuota pemain asing sendiri setidaknya sudah mengalami perubahan dalam tiga musim terakhir. Pada musim 2022/2023, ketentuan pemain asing yang digunakan adalah 3+1 (tiga bebas, satu dari Asia), lalu berubah 5+1 (lima bebas, satu dari ASEAN) pada musim 2023/2024.
Pada musim 2024/2025, Liga 1 menggunakan delapan pemain asing (bebas), dengan delapan pemain masuk DSP, namun hanya enam pemain yang boleh bermain dalam satu pertandingan.
Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali menganggap keputusan menambah kuota pemain asing menjadi 11 orang sangat terburu-buru. Pasalnya, Indonsia bukan negara-negara besar dalam sepak bola seperti Spanyol, Inggris, Jerman, ataupun Italia. Bukan juga masih negara besar sepak bola di Asia seperti Arab Saudi.
"Kita masih masuk kategori negara berkembang sepak bolanya," kata Akmal.
"Dengan memberikan 11 kuota pemain asing akan membuat kesempatan bagi pemain-pemain lokal untuk tampil semakin sempit. Dengan komposisi 8 pemaina asing saja seperti musim lalu, kita sudah kesulitan mendapatkan pemain nasional dengan jam terbang banyak," sambungnya.
"Saat ini, dengan 11 pemain asing dan 8 masuk line up akan sangat-sangat merugikan untuk Indonesia untuk mendapatkan pemain-pemain lokal berkualitas. Ingat, Arab Saudi prestasinya menurun karena mereka membuka ruang global kepada pemain asing, sehingga pemain-pemain nasional mereka minim jam bermain. Karena itu keputusan PT LIB keputusan terburu-buru."