Viral di Dunia, Tradisi Pacu Jalur Riau Diklaim Milik Negara Tetangga

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 4 Jul 2025, 08:51
thumbnail-author
Dedi
Penulis
thumbnail-author
Siti Ruqoyah
Editor
Bagikan
Pacu Jalur Mendunia Usai Ditiru Kalangan Kreator Hingga Pemain Bola Internasional Pacu Jalur Mendunia Usai Ditiru Kalangan Kreator Hingga Pemain Bola Internasional (Dagelan)

Ntvnews.id, Jakarta - Tradisi Pacu Jalur, perlombaan perahu panjang warisan budaya masyarakat Kuantan Singingi, Riau, tengah menjadi buah bibir dunia internasional. Sorotan global ini bermula dari video viral yang diunggah akun resmi klub sepak bola Paris Saint-Germain (PSG), yang secara tak terduga membuka perdebatan tentang asal-usul tradisi tersebut.

Dalam video tersebut, sejumlah pemain PSG menirukan gerakan penari di ujung perahu Pacu Jalur yang kini di dunia maya dikenal dengan istilah "aura farming". Video ini sontak menyebar luas dan memicu gelombang komentar dari warganet lintas negara.

Ironisnya, alih-alih mengakui asal tradisi dari Indonesia, banyak yang justru mengklaim bahwa budaya itu berasal dari negara mereka. Komentar seperti "It’s trend from Vietnam, not Indonesia. Proud Vietnam culture”, “Pacu Jalur itu memang budaya Melayu”, hingga “Pacu jalur form Thailand, thaipride bro,” membanjiri unggahan tersebut.

Bahkan, ada yang menyebut Pacu Jalur berasal dari Manila, Filipina, sementara yang lain menambahkan tagar khas Thailand dalam klaim budaya. Tak ketinggalan pula beberapa akun dari Malaysia yang menyebut lomba perahu ini sebagai bagian dari identitas Melayu mereka.

Pernyataan tersebut jelas menyesatkan. Catatan sejarah menunjukkan bahwa Pacu Jalur adalah tradisi yang telah hidup sejak abad ke-17 di tanah Kuantan Singingi, Provinsi Riau, Indonesia.

Tradisi ini berlangsung tiap bulan Agustus sebagai bagian dari perayaan Hari Kemerdekaan RI. Dalam lomba tersebut, perahu panjang atau “jalur” dihias megah dan dikayuh secara serempak oleh puluhan pendayung, dipandu irama dari penari di haluan perahu.

Lebih dari sekadar lomba, Pacu Jalur adalah refleksi dari semangat gotong royong, kekompakan, dan kekayaan budaya lokal yang diwariskan turun-temurun.

“Pacu Jalur bukan hanya milik Kuansing, tapi juga Indonesia. Kami bangga karena dunia mengapresiasi, tapi jangan sampai ada yang mengklaim sepihak,” tegas seorang tokoh budaya Riau.

Pemerintah daerah pun turut angkat suara, mengingatkan pentingnya menjaga orisinalitas warisan budaya bangsa. Fenomena viral ini memang membuka peluang besar untuk mempromosikan budaya Indonesia ke panggung global, tetapi sekaligus menjadi pengingat betapa rentannya tradisi lokal diklaim pihak asing bila tidak dijaga secara serius.

Kini, masyarakat dan generasi muda di Kuansing justru semakin terpacu untuk melestarikan Pacu Jalur. Keterlibatan aktif mereka dalam pelatihan dan festival tahunan menjadi bukti bahwa budaya ini bukan sekadar tontonan, melainkan jati diri yang hidup.

Di tengah arus digitalisasi dan lintas budaya yang begitu cepat, viralnya Pacu Jalur menjadi peringatan sekaligus peluang: bahwa budaya Indonesia bisa mendunia, asalkan tetap dijaga dan diperjuangkan dari akar sejarahnya. Dari Kuansing untuk dunia—Pacu Jalur adalah milik Indonesia.

x|close