Ntvnews.id, Jakarta - Tradisi Pacu Jalur kembali menyita perhatian publik, kali ini bukan hanya karena kemegahan perahu panjang yang melaju di Sungai Kuantan, Riau, tetapi karena sosok anak kecil di ujung perahu yang viral di media sosial.
Aksinya yang lincah dan penuh semangat saat menari di haluan perahu membuat banyak netizen terpukau dan mengapresiasi budaya asli Riau tersebut. Salah satu anak yang paling mencuri perhatian adalah Dika, penari dari tim Pacu Jalur Tuah Koghi.
Dalam sebuah sesi wawancara singkat yang kini turut beredar di media sosial, Dika dengan polos dan percaya diri menjawab berbagai pertanyaan seputar pengalamannya. Ketika ditanya, lebih takut jalur perahunya kalah atau takut tercebur ke sungai, Dika menjawab lugas.
“Kalah,” katanya mantap, mengundang senyum banyak warganet.
Jawaban-jawaban Dika pun mencerminkan semangat dan kecintaan anak-anak Kuantan Singingi terhadap tradisi yang telah mengakar ratusan tahun itu. Saat ditanya soal jajanan favorit selama ikut Pacu Jalur, Dika tanpa ragu menyebutnya.
“Sosis nugget.”
Impian masa depannya pun tak lepas dari tradisi ini. Saat ditanya apakah ia ingin menjadi atlet pacu atau pengurus jalur saat besar nanti, jawabannya tegas ingin menjadi seorang atlet pacu. Sementara ketika ditanya mengenai tepian favoritnya, Dika menjawab Tepian Narosa.
“Tepian Narosa,” sebutnya, merujuk pada salah satu lokasi ikonik perlombaan di Teluk Kuantan.
Ketika diminta menyebut tim pacu favorit selain timnya sendiri, bocah ini tetap setia dengan tim Tuah Koghi. Sedangkan ketika ditutup dengan pertanyaan ringan khas anak-anak, lebih suka tahu, kacang, atau telur puyuh, jawaban Dika pun menggemaskan.
“Telur puyuh,” tutupnya.
Kepolosan dan semangat Dika tidak hanya membuat masyarakat lokal bangga, tetapi juga mengundang simpati dari netizen internasional yang mulai mengenal Pacu Jalur berkat viralnya video para penari cilik ini.
Fenomena ini menjadi pengingat bahwa warisan budaya bisa terus hidup bila diwariskan sejak dini. Anak-anak seperti Dika bukan hanya simbol regenerasi, tetapi juga duta kecil budaya yang mengenalkan Indonesia ke dunia lewat ekspresi tulus dan semangatnya.
Kini, Dika dan anak-anak penari lainnya bukan hanya menari di ujung perahu—mereka juga telah menempati tempat di hati banyak orang, dari tepian Sungai Kuantan hingga jagat maya internasional.