Ntvnews.id, Jakarta - Kecepatan tinggi masih jadi biang kerok kecelakaan lalu lintas setiap tahunnya.
Maka tak heran, kota-kota di seluruh Amerika Serikat (AS), termasuk Honolulu, gencar menindak pelanggar kecepatan. Namun, upaya terbaru di ibu kota Hawaii ini justru membuka masalah baru yang tak terduga.
Dikutip dari Carscoops, Kamis, 24 April 225, sejak 1 Maret, kamera kecepatan otomatis yang dipasang di beberapa titik di Honolulu berhasil merekam rata-rata 30.000 pelanggaran per minggu.
Jumlah itu bahkan melampaui total tilang kecepatan yang dikeluarkan di seluruh pulau selama sepanjang tahun 2024.
Menurut Ed Sniffen, Direktur Departemen Transportasi Hawaii, sistem ini saat ini hanya mengirimkan peringatan kepada pengemudi yang tertangkap melaju 11 mil per jam di atas batas kecepatan.
"Kalau ambang batasnya diturunkan ke 5 atau 7 mil per jam di atas batas, jumlahnya bisa hampir dua kali lipat," ujarnya.
Banjir Tilang, Beban Pengadilan?
Rencananya, surat tilang resmi akan mulai dikirimkan per 1 Mei. Namun, melihat volume pelanggaran yang sangat tinggi, ada kekhawatiran pengadilan setempat bisa kolaps menerima lonjakan kasus.
Pemerintah pun mempertimbangkan memperpanjang masa peringatan hingga Oktober. "Kami butuh waktu tambahan untuk memastikan sistem hukum bisa mengimbangi," kata Sniffen.
Batas Kecepatan yang Dipertanyakan
Namun, tidak semua warga setuju dengan pendekatan ini. Banyak yang mempertanyakan apakah batas kecepatan yang ditetapkan memang realistis.
Dengan ancaman denda sebesar US$250 (sekitar Rp4,21 juta) hanya untuk pelanggaran 5 mil per jam di atas batas, reaksi pun bermunculan.
"Semua orang ngebut kok, bahkan polisi. Saya paham soal keselamatan, tapi US$250 itu kebangetan," ujar Cathy Ehia, seorang pengemudi lokal, kepada KHon2.
Data dari Departemen Perhubungan memang menunjukkan kecepatan menjadi faktor dalam sekitar separuh kecelakaan fatal di jalan-jalan utama tahun lalu.
Tapi anehnya, kamera-kamera yang digunakan justru tidak ditempatkan di jalan raya utama, melainkan di area persimpangan.
Warga Lokal Mulai Gerah
Kritik juga ramai di media sosial. Seorang pengguna Reddit yang rutin melewati jalan yang diawasi kamera menyebut batas kecepatan 25 mil per jam terasa terlalu rendah dan tidak realistis.
"Saya merasa seperti penghalang jalan, orang-orang marah saat saya ikuti batas itu," katanya.
Bahkan ada yang menyindir cara pemerintah menggunakan data secara selektif, yang menyatakan hanya kurang dari 1 persen kecelakaan terjadi di lokasi tempat kamera berada.
Ada pula yang membagikan solusi nyeleneh dari masa lalu. "Di Colorado dulu, warga kompak nggak mau bayar tilang. Dua minggu kemudian, kameranya dicopot," tulis seorang netizen.
Entah program ini akan lanjut sesuai rencana atau malah ditunda lagi hingga Oktober, satu hal yan jelas yakni sistem kamera kecepatan ini menimbulkan perdebatan besar tentang keselamatan, keadilan, dan efektivitasnya.