Ntvnews.id, Jakarta - Subaru selama ini dikenal lambat dalam mengembangkan kendaraan listrik, dan kini perusahaan tersebut tengah mempertimbangkan kembali langkahnya.
Dalam situasi industri otomotif global yang penuh ketidakpastian, pabrikan mobil asal Jepang itu menyatakan sedang mengevaluasi ulang rencana elektrifikasinya.
Dikutip dari Carscoops, Selasa, 20 Mei 2025, saat ini, situs resmi Subaru di Amerika Serikat (AS) hanya menampilkan satu model kendaraan listrik mereka, yakni Solterra, yang baru saja mendapat pembaruan tampilan.
Model mobil listrik kedua, Trailseeker yang seukuran Outback dan diperkenalkan di New York Auto Show bulan lalu, direncanakan meluncur pada 2026.
Namun, tampaknya tidak akan ada penambahan kendaraan listrik lainnya dalam waktu dekat.
Ketidakpastian Tarif dan Insentif Pajak
Salah satu kendala utama adalah ketidakjelasan arah kebijakan pemerintah AS terkait tarif impor dan insentif pajak untuk kendaraan listrik.
Subaru dan produsen lain tidak tahu apakah keringanan pajak akan dipertahankan atau dicabut dalam 6 hingga 12 bulan mendatang.
Subaru memperkirakan tarif dari pemerintahan Donald Trump bisa merugikan hingga US$2,5 miliar tahun ini.
Meskipun memiliki pabrik di Indiana, perusahaan tersebut hanya memproduksi sekitar setengah dari 700.000 unit lebih mobil yang dijual merek tersebut di AS setiap tahun.
Kapasitas produksi maksimum saat ini sekitar 345.000 unit, dan meski bisa ditingkatkan menjadi 500.000, jaringan pemasok hanya mampu mendukung hingga 370.000 unit tanpa investasi besar.
Rencana Produksi dan Revisi Pabrik Kendaraan Listrik
Akibat dari keterbatasan tersebut, kemungkinan besar model Trailseeker akan diproduksi di luar AS, kemungkinan di pabrik dekat Tokyo.
Sementara itu, rencana Subaru untuk membangun pabrik khusus kendaraan listrik kini tengah ditinjau ulang.
Mereka bahkan mempertimbangkan untuk memproduksi kendaraan berbahan bakar konvensional di fasilitas baru tersebut.
Pengumuman ini datang bersamaan dengan laporan keuangan tahunan Subaru, yang menunjukkan penurunan laba operasi sebesar 13 persen menjadi US$2,7 miliar.
Penjualan global turun 4,1 persen menjadi 936.000 unit, dan pengiriman ke Amerika Utara juga turun 4,1 persen menjadi 732.000 unit.
Di sisi lain, pasar Jepang mencatat kenaikan penjualan sebesar 5,4 persen menjadi 104.000 unit.