Ntvnews.id, Jakarta - Keputusan mengejutkan datang dari dua operator SPBU swasta, Vivo dan BP-AKR, yang membatalkan rencana pembelian base fuel bahan bakar minyak (BBM) impor dari PT Pertamina Patra Niaga. Padahal, pembelian ini semula direncanakan sebagai bagian dari upaya kolaborasi untuk meredam kelangkaan BBM yang sempat terjadi di beberapa SPBU swasta sejak Agustus lalu.
Wakil Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga, Achmad Muchtasyar, mengonfirmasi pembatalan ini dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI di Jakarta. Menurutnya, PT Vivo Energy Indonesia (Vivo) awalnya menyetujui penyerapan 40 ribu barel dari total 100 ribu barel BBM impor Pertamina.
“Vivo membatalkan untuk melanjutkan setelah setuju (membeli) 40 ribu barel (base fuel), akhirnya tidak disepakati lagi,” ujar Achmad Muchtasyar dikutip dari Antara, Kamis, 2 Oktober 2025.
Baca Juga: Harga BBM di SPBU Vivo Naik Mulai 1 Oktober 2025
Menurut Achmad, pembatalan ini terkait dengan hasil uji laboratorium yang menunjukkan adanya kandungan etanol sekitar 3,5 persen pada base fuel impor tersebut. Temuan inilah yang menjadi titik balik negosiasi bisnis-ke-bisnis (B2B) antara Pertamina dan SPBU swasta.
“Ini (kandungan etanol) yang membuat teman-teman SPBU swasta tidak melanjutkan pembelian (base fuel), karena ada konten etanol tersebut,” ucap Achmad.
Menariknya, Achmad menegaskan bahwa secara regulasi kandungan etanol 3,5 persen ini sebenarnya masih diperkenankan. Ia merujuk pada ketentuan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang menetapkan batas maksimal kandungan etanol di bawah 20 persen. Artinya, kadar etanol dalam base fuel impor tersebut masih jauh di bawah ambang batas yang diizinkan pemerintah.
Baca Juga: Kebakaran Kilang Dumai, Pertamina: Tak Ada Korban Jiwa, Operasional Aman
Akibat pembatalan Vivo dan BP-AKR, negosiasi B2B harus kembali ke titik awal. Total 100 ribu barel base fuel impor Pertamina yang sebelumnya sudah siap diserap oleh SPBU swasta kini dipastikan belum terserap.
Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa Shell, Vivo, BP, dan Exxon Mobil telah menyetujui skema impor tambahan BBM melalui Pertamina. Namun, dengan batalnya Vivo dan BP, rencana tersebut menghadapi kendala baru.