Ntvnews.id, Taheran - Pemerintah Iran secara resmi membatalkan kesepakatan kerja sama yang sebelumnya ditandatangani dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), lembaga pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada September lalu.
Dilansir dari AFP, Rabu, 22 Oktober 2025, keputusan pembatalan itu disampaikan oleh seorang pejabat keamanan senior Iran yang dikutip oleh media pemerintah di Teheran. Kesepakatan tersebut semula memungkinkan IAEA untuk melanjutkan inspeksi terhadap fasilitas nuklir Iran apabila negara-negara Barat memutuskan untuk menerapkan kembali sanksi PBB.
"Kesepakatan itu telah dibatalkan," kata Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Larijani, dalam pertemuannya dengan pejabat keamanan Irak di ibu kota Teheran.
"Tentu saja, jika badan tersebut memiliki proposal, kami akan meninjaunya di sekretariat," tambah Larijani.
Pengumuman ini datang sekitar tiga pekan setelah Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, sebelumnya menyatakan bahwa negaranya akan membatalkan kesepakatan tersebut. Langkah itu juga bertepatan dengan diberlakukannya kembali sanksi PBB terhadap Iran sejak bulan lalu.
Baca Juga: NATO Gelar Latihan Nuklir di Tengah Meningkatnya Ketegangan dengan Rusia
Keputusan Teheran ini menjadi pukulan bagi IAEA yang selama beberapa bulan terakhir berupaya memulihkan kerja sama dengan Iran, terutama setelah Israel dan Amerika Serikat melakukan serangan udara terhadap fasilitas nuklir Iran pada Juni lalu.
Sebelumnya, otoritas Iran juga menyampaikan bahwa negara tersebut tidak lagi terikat oleh pembatasan dalam program nuklirnya setelah berakhirnya kesepakatan besar antara Teheran dan enam kekuatan dunia yang telah berlangsung selama 10 tahun.
Kesepakatan tersebut pertama kali ditandatangani di Wina pada tahun 2015 antara Iran, China, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, dan Amerika Serikat. Dalam perjanjian itu, sanksi internasional terhadap Teheran dicabut dengan imbalan komitmen Iran untuk membatasi pengembangan program nuklirnya.
Baca Juga: Iran Bakal Berunding Soal Nuklir dengan Tiga Negara Eropa
Namun, kesepakatan itu mulai berantakan sejak Amerika Serikat secara sepihak menarik diri pada masa pemerintahan Presiden Donald Trump. Sejak saat itu, Iran secara bertahap mengurangi kepatuhan terhadap ketentuan perjanjian tersebut.
Tanggal 18 Oktober 2025 ditetapkan sebagai hari berakhirnya kesepakatan nuklir tersebut, tepat satu dekade setelah diresmikan melalui Resolusi Dewan Keamanan PBB 2231.
Menurut otoritas Iran, penerapan kembali sanksi-sanksi PBB bulan lalu membuat perjanjian tersebut kehilangan validitasnya.
"Mulai sekarang, semua ketentuan (kesepakatan), termasuk pembatasan program nuklir Iran dan mekanisme terkaitnya, dianggap berakhir," demikian pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Iran pada hari berakhirnya kesepakatan itu.