Ntvnews.id
Menurut laporan Wall Street Journal, strategi ini dianggap sebagai solusi sementara oleh Apple sambil terus melakukan negosiasi dengan pemerintahan Trump demi mendapatkan pengecualian dari kebijakan tarif baru tersebut, sebagaimana dikutip dari Tech Crunch pada Kamis, 10 April 2025.
Meskipun demikian, Apple belum menunjukkan indikasi akan melakukan perombakan besar terhadap rantai pasokan globalnya, yang saat ini masih sangat bergantung pada China.
Sebagai ilustrasi, tarif baru atas produk buatan China mencapai 54 persen, sedangkan untuk barang impor dari India hanya dikenakan tarif sebesar 26 persen. Jika kebijakan tarif ini diberlakukan secara permanen dan Apple tetap mengimpor dari China, maka biaya impor sebuah iPhone 16 Pro yang semula sebesar 550 dolar AS bisa meningkat hingga 300 dolar AS akibat beban tarif tersebut.
Baca juga: Ramai-ramai Berburu iPhone Sebelum Tarif Trump Diterapkan
Presiden Donald Trump meluncurkan tarif minimum 10 persen untuk sebagian besar barang yang diimpor ke Amerika Serikat dan bea masuk lebih tinggi pada produk dari puluhan negara.
Analis Bank of America, Wamsi Mohan, memperkirakan Apple akan memproduksi sekitar 25 juta unit iPhone di India sepanjang tahun ini, dengan sekitar 10 juta unit dialokasikan untuk kebutuhan pasar domestik India.
Apabila seluruh produksi tersebut dialihkan ke pasar AS, maka akan mencakup sekitar 50 persen dari total permintaan iPhone di Negeri Paman Sam.
Sebagai informasi, Presiden Trump telah menetapkan tarif total sebesar 54 persen terhadap produk impor dari China. Menanggapi kebijakan tersebut, pada 4 April lalu, pemerintah China menerapkan tarif tambahan sebesar 34 persen atas barang-barang asal AS, di luar tarif yang sudah lebih dulu berlaku.
Merespons tindakan balasan tersebut, Trump kembali menaikkan tarif sebesar 50 persen pada Kamis (9/4). Jika dihitung sejak pemberlakuan pungutan awal pada Februari, maka total kumulatif tarif terhadap produk China kini mencapai 104 persen.
Kebijakan tarif ini diterapkan Trump dengan tujuan untuk menghidupkan kembali sektor manufaktur dalam negeri yang telah lama berpindah ke luar negeri, dengan harapan dapat mendorong perusahaan-perusahaan besar kembali berinvestasi di AS. (Sumber: Antara)