Ntvnews.id, Jakarta – Menghadapi bayang-bayang perlambatan ekonomi pada 2025, Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) menyampaikan evaluasi kinerja sektor serta memetakan tantangan dan peluang ke depan dalam sebuah diskusi media yang digelar hari ini, Rabu, 14 Mei 2025. Perlambatan ekonomi yang sudah diindikasikan oleh sejumlah lembaga, termasuk data awal dari BPS, dinilai bisa berdampak pada daya beli masyarakat dan menekan sektor industri minuman ringan. Karena itu, sinergi kebijakan dinilai krusial demi menjaga stabilitas sektor ini.
CORE Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun depan akan melambat ke kisaran 4,8%–5,0%, bahkan bisa turun hingga 4,6%–4,8% dalam skenario tertentu. Angka ini di bawah target APBN yang dipatok 5,2%. Sementara itu, BPS mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2025 hanya mencapai 4,87% secara tahunan, dengan kontraksi 0,98% secara kuartalan.
Tekanan juga dirasakan dari sisi produksi. Indeks Harga Produsen (IHP) untuk sektor akomodasi serta penyediaan makanan dan minuman naik 0,56% dibanding kuartal sebelumnya, dan 2,84% dibanding tahun lalu. Kondisi ini dapat menggerus margin pelaku usaha dan berdampak pada harga konsumen.
Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal, mengingatkan bahwa lemahnya permintaan domestik bisa memengaruhi sektor konsumsi seperti makanan dan minuman, sementara dari sisi produksi, pelaku industri menghadapi tekanan biaya.
Baca Juga: Bukan Cuma Berbagi Sembako, Social Gracia Community juga Dorong Pemberdayaan Ekonomi Ibu-ibu
"Data-data awal ini menunjukkan adanya tantangan ekonomi yang perlu kita antisipasi bersama. Pelemahan permintaan domestik dapat berimplikasi pada sektor-sektor konsumsi seperti makanan dan minuman. Selain itu, industri juga menghadapi tekanan biaya dari sisi produksi," ujar Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal, Ph.D., dalam paparannya.
Oleh karena itu, ia menekankan penting bagi arah kebijakan untuk fokus menjaga daya beli masyarakat dan mempertimbangkan dengan hati-hati penerapan instrumen fiskal baru agar selaras dengan upaya pemulihan ekonomi.
Mengutip data NielsenIQ yang memproyeksikan bahwa sektor minuman siap saji akan terus menjadi pendorong utama pertumbuhan sektor barang konsumsi cepat saji (FMCG) di Indonesia.
Meskipun konsumen lebih berhati-hati dalam pengeluaran, mereka tetap menganggap produk minuman siap saji sebagai kategori yang esensial dan berkontribusi signifikan terhadap total belanja FMCG. Namun, kenaikan harga (32%) dan pelemahan ekonomi (27%) menjadi kekhawatiran utama masyarakat.
ASRIM Ajak Jaga Stabilitas Industri Minuman di Tengah Tantangan Ekonomi 2025 (Istimewa)
“Pelemahan di industri minuman ringan sebenarnya telah menunjukkan gejalanya sejak tahun 2023, di mana kami mencatat adanya penurunan volume penjualan pada beberapa kategori minuman non-AMDK. Situasi ini menjadi lebih menantang di awal 2025, seiring dengan realisasi pertumbuhan ekonomi nasional Q1 sebesar 4,87 persen yang berada di bawah ekspektasi," ujar Ketua Umum ASRIM, Triyono Prijosoesilo.
"Data pasar bulan Maret 2025 dari Nielsen, mengonfirmasi bahwa sektor minuman non-AMDK masih terkontraksi sekitar 4,4 persen. Ini adalah sinyal kuat bahwa industri memerlukan dukungan kebijakan yang kondusif untuk dapat bertahan dan kembali bertumbuh," tambahnya.
Data CORE Indonesia memaparkan, Ramadhan dan lebaran yang biasanya mengerek konsumsi masyarakat, tahun ini justru tidak tampak. Sebaliknya, IPR (Indeks Penjualan Riil) kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau justru hanya tumbuh 1,3% pada kuartal I 2025, jauh di bawah pertumbuhan tahun lalu yang menyentuh 7,5%.
“ASRIM percaya bahwa dialog terbuka dan kolaborasi antara pemerintah dan pelaku industri menjadi semakin krusial. Kami siap menjadi mitra konstruktif bagi pemerintah, menyediakan data dan perspektif industri secara transparan, untuk bersama-sama merumuskan kebijakan yang tidak hanya efektif mencapai sasaran kesehatan publik, tetapi juga mempertimbangkan secara cermat dampaknya terhadap keberlangsungan industri, penyerapan tenaga kerja, dan ekosistem UMKM yang menjadi bagian penting dari rantai pasok kami. Pendekatan yang komprehensif dan berbasis data akan menghasilkan solusi terbaik untuk semua pihak.”
Sementara itu, Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Kementerian Perindustrian, Merrijantij Punguan Pintaria, menegaskan komitmen pemerintah
"Pemerintah terus berkomitmen menjaga iklim usaha industri sektor mamin melalui kebijakan yang relevan dan adaptif, termasuk fasilitas fiskal dan non-fiskal. Pemerintah juga senantiasa mengkaji dampak pelaksanaan kebijakan tersebut, terbuka untuk berdialog, dan mempelajari skema transisi terbaik demi menjaga kinerja dan daya saing industri,” tuturnya.
ASRIM meyakini, melalui kolaborasi dan pemahaman bersama antara pemerintah dan pelaku usaha, industri minuman ringan dapat terus tumbuh berkelanjutan dan berkontribusi positif bagi perekonomian nasional melewati tantangan tahun 2025.