A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: Invalid argument supplied for foreach()

Filename: libraries/General.php

Line Number: 87

Backtrace:

File: /www/ntvweb/application/libraries/General.php
Line: 87
Function: _error_handler

File: /www/ntvweb/application/controllers/Read.php
Line: 64
Function: popular

File: /www/ntvweb/index.php
Line: 326
Function: require_once

Benua Afrika Disebut Bakal Terbelah, Ini Penjelasannya - Ntvnews.id

Benua Afrika Disebut Bakal Terbelah, Ini Penjelasannya

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 24 Mei 2025, 04:00
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Siti Ruqoyah
Editor
Bagikan
Retakan di Benua Afrika Retakan di Benua Afrika (Istimewa)

Ntvnews.id, Jakarta - Afrika Timur saat ini tengah mengalami perubahan geologis besar akibat kekuatan dahsyat di bawah permukaan bumi yang secara perlahan mulai memecah benua tersebut.

Dilansir dari Live Science, Jumat, 23 Mei 2025, fenomena ini terjadi di sepanjang East African Rift System (EARS) atau Sistem Celah Afrika Timur—sebuah retakan sepanjang lebih dari 3.200 kilometer yang terbentuk sekitar 22 juta tahun lalu, membentang melalui wilayah danau-danau besar di Afrika.

Retakan tersebut merupakan batas alami antara dua lempeng tektonik, yakni Lempeng Somalia dan Lempeng Nubia (bagian dari Lempeng Afrika), yang kini perlahan menjauh satu sama lain.

Para ahli geologi mengidentifikasi adanya arus naik besar berupa batuan panas setengah cair dari dalam bumi—dikenal sebagai African Superplume—yang menjadi pendorong utama proses perpecahan lempeng ini.

Baca Juga: Ini Penyebab WNA Afrika Ngamuk di Supermarket Kalibata City hingga Bikin Gaduh

Di kedalaman bumi, tekanan dan panas ekstrem dari awan batuan tebal ini mulai meretakkan lapisan luar bumi, atau litosfer, hingga melemahkannya.

Melalui pemantauan GPS, tercatat bahwa kedua lempeng tersebut saling menjauh sekitar 0,2 inci per tahun—kecepatan yang setara dengan pertumbuhan kuku manusia.

Dalam jangka panjang, retakan ini berpotensi menciptakan samudra baru dan secara geografis memisahkan kawasan seperti Somalia, bagian timur Ethiopia, Kenya, dan Tanzania, membentuk daratan yang terpisah.

Awalnya diperkirakan pemisahan ini memerlukan waktu puluhan juta tahun, namun model terbaru memperkirakan proses ini bisa terjadi hanya dalam satu hingga lima juta tahun ke depan.

Dalam studi terkini, tim peneliti dari Universitas Glasgow di Skotlandia menganalisis data dari daerah panas bumi Menengai di Kenya. Mereka melacak isotop gas mulia neon untuk menentukan apakah kekuatan yang memecah Afrika berasal dari dalam mantel bumi atau dari aktivitas tektonik di permukaan.

Baca Juga: Diusir dari AS, Dubes Afrika Selatan Ebrahim Rasool Pulang Tanpa Penyesalan

Hasilnya menunjukkan bahwa gas neon berasal dari bagian dalam bumi, tepatnya antara inti luar dan lapisan mantel.

“Kami sudah lama ingin memahami bagaimana material dari bagian dalam bumi bisa mencapai permukaan, seberapa banyak yang terbawa, dan bagaimana pengaruhnya terhadap bentuk muka bumi,” ujar Profesor Fin Stuart, peneliti utama dalam studi ini, seperti dikutip Daily Mail.

Ia menambahkan bahwa hasil penelitian mereka menunjukkan adanya gumpalan batuan panas raksasa dari batas inti dan mantel bumi yang mendorong lempeng-lempeng tektonik Afrika saling menjauh, sekaligus menopang wilayah Afrika Timur hingga berada ratusan meter lebih tinggi dari ketinggian normal.

Dengan menggunakan teknologi spektrometri massa berpresisi tinggi, para ilmuwan juga menemukan pola kimia seragam di wilayah yang luas, yang memperkuat teori bahwa pemisahan ini dipicu oleh satu superplume besar, bukan dari sumber panas kecil yang tersebar.

Penelitian ini memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana benua dapat terbelah dan samudra terbentuk, serta membuka wawasan tentang proses geologis besar yang telah membentuk wajah bumi selama jutaan tahun.

x|close