Nature 2025: Kerakusan Ekonomi Jadi Biang Kerok Eksploitasi Alam Berlebihan

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 28 Mei 2025, 21:05
thumbnail-author
Muslimin Trisyuliono
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Deputi Bidang Promosi Kementerian Investasi dan Hilirisasi BKPM, Nurul Ichwan, mengingatkan bahwa kerakusan dalam aktivitas ekonomi menjadi salah satu penyebab utama eksploitasi alam yang berlebihan. Deputi Bidang Promosi Kementerian Investasi dan Hilirisasi BKPM, Nurul Ichwan, mengingatkan bahwa kerakusan dalam aktivitas ekonomi menjadi salah satu penyebab utama eksploitasi alam yang berlebihan.

Ntvnews.id, Jakarta - Deputi Bidang Promosi Kementerian Investasi dan Hilirisasi BKPM, Nurul Ichwan, mengingatkan bahwa kerakusan dalam aktivitas ekonomi menjadi salah satu penyebab utama eksploitasi alam yang berlebihan.

Hal ini disampaikannya dalam konferensi Nusantara Sustainability Trend Forum (Nature) 2025 yang diselenggarakan oleh Nusantara TV di Jakarta, Rabu 28 Mei 2025.

Ia mengutip Konsep The Donut Economy dari Kate Raworth menjabarkan bagaimana manusia dapat memenuhi kebutuhan ekonomi mereka dengan menghormati batasan ekologis bumi itu sendiri.

"Bumi itu punya keterbatasan daya dukung dan daya tampungnya. Tapi juga manusia butuh hidup dengan kesejahteraan, karenanya kemudian didalam ekonomi donat ini manusia tidak boleh di bawah pondasi sosial atau tidak bisa hidup secara sejahtera," ucap Nurul dalam sambutannya.

Baca juga: Nature 2025: Dompet Dhuafa Dorong Ketahanan Pangan Lewat Pertanian dan Peternakan Komunitas

Namun, ia menilai bahwa ketika kesejahteraan sudah tercapai, dorongan untuk terus tumbuh sering kali berubah menjadi kerakusan yang justru merusak keseimbangan alam.

Menurutnya eksploitasi tanpa batas, tanpa mitigasi terhadap dampak negatifnya, akan menjadikan bumi sebagai bencana bagi manusia itu sendiri.

Untuk itu, ia menyebut saat ini sudah waktunya ekonomi dunia beralih ke pendekatan yang lebih berkelanjutan, seperti ekonomi hijau, biru, dan sirkular.

"Kita sekarang harus mengacu ekonomi hijau, ekonomi biru dan ekonomi sirkular, untuk mengurangi itu maka pencemaran harus dikurangi, energi harus dilakukan efisien itu harus dilakukan dengan ekonomi hijau," jelas Nurul.

"Kemudian ekonomi biru memanfaatkan ekonomi bersumber daya air atau kelautan sehingga ini bisa dimanfaatkan untuk memberi kontribusi pertumbuhan," sambungnya. 

Baca juga: Nature 2025: Menteri Iftitah Sebut Transmigrasi Maritim Jadi Fokus Baru Pembangunan Berkelanjutan

Terakhir ekonomi siskular yang pada intinya mengurangi ketergantungan kepada sumber daya alam sebagai bahan baku dengan memanfaatkan kembali bahan-bahan daur ulang.

Ketahanan pangan dan energi menjadi isu strategis yang menentukan kestabilan ekonomi, sosial, dan politik suatu negara. Kebutuhan pangan dan energi tentu akan terus bertambah seiring meningkatnya jumlah penduduk.

Indonesia juga akan menghadapi tantangan besar dalam memastikan ketersediaan dan akses untuk pangan dan energi yang berkelanjutan. Pemenuhan keduanya tentu dapat memperkuat kedaulatan negara.

Urgensi pembahasan terkait pangan dan energi berkelanjutan itulah yang menjadi topik utama konferensi Nusantara Sustainability Trend Forum (Nature) 2025.

Nusantara Sustainability Trend Forum (Nature) 2025 disponsori oleh Pertamina Energizing You, Wuling Motors Indonesia, PT Pegadaian, PT Pelindo Multi Terminal, Harita Nickel, PT Perkebunan Nusantara Tiga (Persero), Chandra Karya dan NYCTO.


x|close