Ntvnews.id, Jakarta - Di saat produsen ponsel pintar asal China berlomba-lomba mendorong batas teknologi baterai, mulai dari inovasi desain hingga kapasitas super besar, nama-nama besar seperti Apple, Google, dan Samsung justru menempuh jalur berbeda.
Mereka lebih menekankan pada aspek keamanan, baik untuk perangkat maupun penggunanya.
Namun, pendekatan ini kembali dipertanyakan setelah sebuah insiden mencuat, dimana Galaxy S25+, salah satu flagship terbaru Samsung, mengalami ledakan baterai.
Dugaan awal biasanya mengarah ke pengguna, mungkin memakai kabel atau charger non-resmi.
Namun, dengan dukungan PD (Power Delivery) universal, pengguna sebenarnya bebas memakai pengisi daya pihak ketiga yang kompatibel, tanpa risiko besar.
Dikutip dar Gizmochina, Minggu (22/6/2025), penggunaan kabel atau charger generik bisa saja menjadi penyebab, tetapi kemungkinannya sangat kecil.
Sistem cerdas di dalam ponsel dan pengisi daya modern mampu mengenali jika arus tidak sesuai.
Mengganti kabel 3A dengan versi murah 0,5A, misalnya, hampir pasti akan langsung terdeteksi oleh perangkat.
Baca Juga: Oppo Find X9 Pro Diprediksi Jadi Ponsel Pertama dengan Kamera Periskop Samsung HP5 200MP
Yang menarik, unggahan di media sosial yang pertama kali menyoroti insiden ini kini telah dihapus, menghilangkan sejumlah konteks penting.
Meski begitu, bukan berarti insiden ini bisa langsung dikategorikan sebagai hoaks, lelucon April Mop, atau bahkan produk palsu.
Lebih dari itu, ini bukanlah kasus tunggal. Dalam penelusuran lebih lanjut, ditemukan laporan serupa mengenai Galaxy S23 Ultra yang overheat saat pengisian daya, menyebabkan baterai mengembang dan kaca belakang pecah.
Bahkan perangkat wearable seperti Galaxy Buds FE pun dilaporkan sempat meledak saat digunakan, mengakibatkan cedera pendengaran permanen.
Sebagai catatan, insiden seperti ini bukan hanya dialami Samsung. Ada pula laporan mengenai perangkat dari OnePlus dan Poco yang mengalami masalah serupa.
Namun, yang patut digarisbawahi, dari lima insiden terbaru yang tercatat, tiga melibatkan perangkat Samsung.
Padahal, Samsung dikenal sangat menekankan standar keamanan baterainya, bahkan terkadang dengan mengorbankan performa pengisian daya.
Dan tentu saja, sulit melupakan memori buruk dari Galaxy Note7, yang ditarik dari pasar global karena cacat serius pada baterainya, salah satu kasus paling menggemparkan dalam sejarah industri smartphone.