Freeport Mulai Tinggalkan Batu Bara, Siapkan Pembangkit Gas pada 2027

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 27 Agu 2025, 15:22
thumbnail-author
Muhammad Fikri
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Direktur Utama PT Freeport Indonesia Tony Wenas ditemui usai menghadiri Indonesia Summit 2025 di Jakarta, Rabu, 27 Agustus 2025. Direktur Utama PT Freeport Indonesia Tony Wenas ditemui usai menghadiri Indonesia Summit 2025 di Jakarta, Rabu, 27 Agustus 2025. (ANTARA)

Ntvnews.id, Jakarta - PT Freeport Indonesia memastikan langkah menuju tambang hijau dengan mengganti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara menjadi pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) yang ditargetkan mulai beroperasi pada 2027. Direktur Utama Freeport, Tony Wenas, menegaskan transisi energi ini menjadi bagian penting dalam upaya menekan emisi dan meningkatkan keberlanjutan.

"Kita akan mengganti, dalam proses untuk mengganti PLTU batu bara kita dengan LNG (gas alam cair). LNG jauh lebih bersih. Tahun 2027 mungkin akan online," ujar Tony di Jakarta, Rabu, 27 Agustus 2025.

Tony menjelaskan, penggantian PLTU berkapasitas 200 megawatt dengan combined cycle LNG akan menurunkan emisi hingga 60 persen. Rencana ini akan dimulai di pusat tambang Freeport di Papua, dengan kapasitas PLTG mencapai 270 megawatt.

Baca Juga: Dian Swastatika Gandeng FirstGen Kembangkan Energi Panas Bumi

Selain itu, Freeport kini juga mulai menggunakan kereta listrik untuk mengangkut 150 ribu ton bijih tembaga per hari, menggantikan truk sebagai moda transportasi utama.

"Nah sekarang di tambang bawah tanah kami menggunakan kereta listrik, zero emission. Itu kereta listriknya bisa ngangkut 150 ribu ton per hari. Jadi dengan itu sudah reduce the carbon emission by 28 persen," terangnya.

Ia menekankan, meski bergerak di industri pertambangan yang bersifat ekstraktif, Freeport tetap berkomitmen menerapkan praktik berkelanjutan.

"Jadi walaupun perusahaan tambang adalah extractive industry, tapi non-renewable. Tapi pengelolaannya bisa dilakukan secara sustainable," imbuh Tony.

Lebih lanjut, Tony menyoroti bahwa permintaan tembaga berpotensi terus meningkat seiring tren transisi energi hijau di banyak negara. Menurutnya, tembaga adalah logam penting dalam mendukung energi bersih dan menjadi kunci dalam target dekarbonisasi global.

Tony menambahkan, sekitar 65 persen tembaga dunia digunakan dalam aplikasi konduktivitas listrik. Selain itu, setiap 1,5 ton tembaga dibutuhkan untuk pembangkit listrik tenaga angin berkapasitas 1 megawatt, dan 5,5 ton tembaga untuk pembangkit listrik tenaga surya berkapasitas sama.

Baca Juga: Suzuki Hadirkan Warna Baru New Carry di GIIAS Surabaya 2025, Dukung Kebutuhan Pengusaha

(Sumber: Antara)

x|close