A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: Invalid argument supplied for foreach()

Filename: libraries/General.php

Line Number: 87

Backtrace:

File: /www/ntvweb/application/libraries/General.php
Line: 87
Function: _error_handler

File: /www/ntvweb/application/controllers/Read.php
Line: 64
Function: popular

File: /www/ntvweb/index.php
Line: 326
Function: require_once

Ekspor Industri Hasil Tembakau Melonjak 94 Persen, KADIN Soroti Kontribusi Devisa Negara - Ntvnews.id

Ekspor Industri Hasil Tembakau Melonjak 94 Persen, KADIN Soroti Kontribusi Devisa Negara

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 4 Nov 2025, 19:43
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Penulis & Editor
Bagikan
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia, Saleh Husin, dalam diskusi bertajuk “Keberlanjutan Gas Bumi untuk Industri Nasional: Sinergi Kebijakan, Pasokan, dan Daya Saing” di Menara Kadin, Jakarta. Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia, Saleh Husin, dalam diskusi bertajuk “Keberlanjutan Gas Bumi untuk Industri Nasional: Sinergi Kebijakan, Pasokan, dan Daya Saing” di Menara Kadin, Jakarta.

Ntvnews.id, Jakarta - Kinerja ekspor industri hasil tembakau (IHT) Indonesia menunjukkan lonjakan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Peningkatan ini menegaskan besarnya kontribusi sektor tersebut terhadap penerimaan devisa negara.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Saleh Husin, mengatakan bahwa nilai devisa dari ekspor tembakau dan produk turunannya terus tumbuh pesat hingga mencapai 94 persen.

“Pada 2020 sekitar USD 600 juta dan terus bertambah sampai dengan 2024 sekitar USD 1,8 miliar,” ujar Saleh dalam keterangannya, Selasa, 4 November 2025.

Menurut Saleh, produksi rokok nasional juga mengalami peningkatan signifikan.

Baca JugaKadin Nilai Tarif 19 Persen dari AS Sudah Kompetitif untuk Produk Indonesia

“Produksi daripada rokok ini memang terus meningkat kira-kira sekitar 515 miliar batang, tapi dari jumlah tersebut, 55 persen itu untuk di dalam negeri, 45 persen itu untuk pasar ekspor,” katanya.

Ia menambahkan, pendapatan negara dari sektor IHT kian besar berkat kontribusi cukai hasil tembakau (CHT) yang terus naik setiap tahun.

“Pada 2013, CHT sudah menyumbang sekitar Rp213 triliun dan tiap tahun terus meningkat hingga 2024 sekitar Rp216 triliun,” ujarnya.

Namun, di balik kontribusi besar itu, Saleh menyoroti tantangan serius berupa maraknya peredaran rokok ilegal. Ia menyebut, Indonesia masih menghadapi masalah ekonomi bawah tanah atau underground economy yang cukup tinggi.

Wakil Ketua Umum (WKU) Kadin Perindustrian Saleh Husin Wakil Ketua Umum (WKU) Kadin Perindustrian Saleh Husin

“Underground economy kita ini kan termasuk salah satu yang paling merah di dunia. Kira-kira sekitar 23,8 persen dari PDB kita,” jelasnya.

Menurut Saleh, tingginya aktivitas ekonomi bawah tanah berhubungan erat dengan maraknya peredaran rokok ilegal yang menggerus potensi penerimaan negara. Ia mengutip hasil penelitian Universitas Paramadina yang menunjukkan bahwa potensi cukai yang hilang akibat rokok ilegal mencapai sekitar 10 persen dari total penerimaan, atau setara Rp23 hingga Rp25 triliun.

Meski data menunjukkan peredaran rokok ilegal menurun sekitar 11 persen, jumlah batang rokok yang berhasil ditindak justru naik hingga 37 persen, mencapai 800 juta batang hingga September 2025. Sebagian besar merupakan rokok kretek mesin tanpa cukai.

“Salah satu yang dapat kami syaratkan tentu yang paling utama adalah bagaimana meningkatkan pengawasan terhadap peredaran rokok ilegal, di samping itu juga betul bahwa investasi harus didekatkan,” tegas Saleh.

Baca Juga: Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus bagi Rokok Ilegal Domestik

Sementara itu, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Putu Juli Ardika, menuturkan bahwa Indonesia saat ini menjadi eksportir produk tembakau terbesar keempat di dunia.

“Bayangkan itu peningkatannya luar biasa. Jadi pasar industri ini masih cukup besar ya walaupun kita sudah peningkatannya sebegitu,” ujarnya.

Putu menilai posisi tersebut membuka peluang besar bagi Indonesia untuk memperkuat daya saing dan menarik lebih banyak investasi.

Hal senada disampaikan Direktur Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Budi Setiawan. Ia menjelaskan bahwa dalam setahun terakhir investasi di sektor tembakau tumbuh dengan baik.

“Dalam setahun terakhir tercatat adanya investasi sekitar Rp4,9 triliun yang masuk ke industri ini, belum termasuk investasi kelas besar lainnya. Dari rentang triwulan keempat tahun 2024 sampai triwulan kedua tahun 2025, industri ini telah menghasilkan sekitar Rp181 triliun,” pungkasnya.

x|close