Tangisan anak kecil dianggap sebagai tanda buruk selama perayaan Imlek. Mitos ini berkembang dengan kepercayaan bahwa tangisan dapat membawa energi negatif yang memengaruhi keberuntungan keluarga sepanjang tahun. Oleh karena itu, orang tua berusaha membuat anak-anak merasa senang dan menghindari hukuman selama Imlek.
Selama perayaan Imlek, masyarakat Tionghoa menghindari memotong rambut atau kuku karena dianggap akan memutus rezeki yang sudah ada. Tradisi ini menjadi alasan banyak orang memilih pergi ke salon atau memotong kuku sebelum hari raya dimulai.
Menurut mitos, berhutang atau menagih hutang selama Imlek dianggap dapat membawa kesialan. Masyarakat percaya bahwa perilaku ini bisa membuat seseorang mengalami masalah keuangan sepanjang tahun. Oleh karena itu, banyak orang yang berusaha melunasi semua hutang sebelum Imlek tiba.
Tidur siang pada hari pertama Imlek dianggap sebagai tanda kemalasan, yang dapat memengaruhi produktivitas dan keberuntungan seseorang sepanjang tahun. Mitos ini menjadi alasan banyak orang tetap aktif sepanjang hari meskipun perayaan Imlek biasanya berlangsung hingga larut malam.
Selama Imlek, kata-kata seperti "mati," "bangkrut," atau istilah lain yang memiliki konotasi negatif harus dihindari. Mitos ini berkembang dari kepercayaan bahwa apa yang diucapkan pada awal tahun dapat memengaruhi nasib seseorang di masa mendatang.
Berbagai mitos tentang Imlek mencerminkan bagaimana tradisi ini dipenuhi dengan simbolisme dan kepercayaan yang diwariskan turun-temurun. Meskipun tidak semua orang mempercayai mitos-mitos ini, menghormatinya menjadi bagian dari cara masyarakat Tionghoa menjaga budaya dan tradisi mereka.