Severity: Warning
Message: Invalid argument supplied for foreach()
Filename: libraries/General.php
Line Number: 87
Backtrace:
File: /www/ntvweb/application/libraries/General.php
Line: 87
Function: _error_handler
File: /www/ntvweb/application/controllers/Read.php
Line: 64
Function: popular
File: /www/ntvweb/index.php
Line: 326
Function: require_once
Ntvnews.id, Jakarta - Hari Pers Nasional (HPN) 2025 menjadi momen istimewa bagi dunia jurnalistik di Indonesia. Agenda tahunan ini juga semakin spesial bagi para wartawan penerima Press Card Number One (PCNO) atau Kartu Pers Nomor Satu dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, salah satunya Umi Sjarifah. Pemimpin Redaksi (Pemred) media Sudut Pandang ini berhasil membuktikan eksistensinya sebagai jurnalis perempuan.
"Alhamdulillah, pada HPN 2025 di Kalimantan Selatan menerima PCNO, penghargaan tertinggi jurnalistik dari PWI ini akan semakin memotivasi saya untuk terus berkarya dan menjaga eksistensi sebagai jurnalis," ucap Umi Sjarifah dalam keterangan tertulis, Minggu (9/2/2025).
Umi mengucapkan terima kasih kepada Ketua Umum PWI Pusat Hendry Ch Bangun beserta jajaran pengurus lainnya, termasuk panitia HPN 2025 Kalsel di bawah komando Raja Parlindungan Pane. Apresiasi juga disampaikan kepada panitia khusus yang menyeleksi calon penerima PCNO yang dipimpin Budi Nugraha.
"Terima kasih telah memilih saya sebagai salah satu penerima PCNO pada HPN tahun ini. Penghargaan ini adalah suatu amanah dan motivasi bagi saya secara pribadi untuk tetap menjadi jurnalis yang profesional. Mari kita jaga marwah jurnalis sebagai profesi yang tetap terhormat dan menjunjung tinggi kode etik jurnalistik.
Umi berpandangan, menjadi seorang wartawan bukan hanya sekadar menjalani profesi di bidang jurnalistik, tetapi juga mengemban misi mulia. Bagi seorang Muslim, sejatinya jurnalis adalah sosok juru dakwah. Pers juga menempati posisi penting di Indonesia. Bahkan, pers kerap disebut-sebut sebagai pilar keempat di negara demokrasi atau the fourth estate of democracy memiliki fungsi sebagai alat kontrol sosial dalam kehidupan demokrasi.
"Kita flashback ke belakang, dulu menjadi wartawan tidak lah mudah seperti sekarang ini, dulu saat menjadi wartawan eranya mesin ketik harus S-1. Tidak hanya memiliki kartu pers lantas dengan bangganya menyebut diri wartawan. Semua butuh proses, tidak instan, hanya berbekal pemahaman dangkal tentang kebebasan pers yang justru mencoreng kewibawaan pers," tutur Wakil Bendahara Umum PWI Pusat itu.
"Penting bagi setiap jurnalis untuk menanamkan pemahaman di dalam dirinya bahwa wartawan adalah profesi terhormat. Selamat Hari Pers Nasional untuk seluruh insan pers Indonesia. Semoga kita semua selalu dapat melaksanakan visi dan misi jurnalistik dengan baik," sambung jurnalis perempun yang mengawali karir sebagai wartawan 30 tahun silam.