Studi Menjawab Keadaan Resesi Seks yang Semakin Parah

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 10 Sep 2024, 10:07
Deddy Setiawan
Penulis
Siti Ruqoyah
Editor
Bagikan
Ilustrasi Berhubungan Seksual Ilustrasi Berhubungan Seksual (Preefik)

Ntvnews.id, Jakarta - Studi terbaru menunjukkan bahwa penurunan tingkat kesuburan global memiliki dampak yang signifikan. Penurunan ini diperkirakan akan memicu perubahan demografi besar dalam 25 tahun ke depan, yang akan mempengaruhi ekonomi global secara luas.

Menurut penelitian medis dari The Lancet yang dikutip dari CNBC Internasional, pada tahun 2050, tiga perempat negara diperkirakan akan mengalami penurunan angka kelahiran di bawah tingkat penggantian populasi 2,1 bayi per perempuan.

Penurunan jumlah kelahiran ini terutama terjadi di negara maju, sedangkan kelahiran baru akan didominasi oleh 49 negara miskin di Afrika Sub-Sahara dan Asia.

Baca Juga: Hari Ini Presiden Jokowi Resmikan 4 Seksi Jalan Tol Sigli-Banda Aceh

"Laporan ini menunjukkan bahwa tren kesuburan dan angka kelahiran masa depan akan mengubah dinamika populasi global, mempengaruhi hubungan internasional dan geopolitik, serta menghadapi tantangan baru dalam migrasi dan bantuan global," tulis para penulis laporan tersebut.

Pada tahun 2100, diperkirakan hanya enam negara yang akan memiliki angka kelahiran cukup untuk menggantikan populasinya. Negara-negara tersebut meliputi Chad, Niger, Tonga, Samoa, dan Tajikistan.

Penulis laporan memperkirakan perubahan demografis ini akan memiliki dampak sosial, ekonomi, lingkungan, dan geopolitik yang mendalam. Khususnya, penurunan angkatan kerja di negara maju memerlukan intervensi politik dan fiskal yang signifikan, meskipun kemajuan teknologi dapat memberikan dukungan.

Halaman
x|close