Momen Pelantikan Presiden Indonesia dari Masa ke Masa, Jokowi Paling Meriah

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 27 Sep 2024, 01:00
Dedi
Penulis
Siti Ruqoyah
Editor
Bagikan
Presiden Jokowi terbang ke Abu Dhabi Presiden Jokowi terbang ke Abu Dhabi

Ntvnews.id, Jakarta - Pelantikan presiden terpilih Prabowo Subianto dan wakil presiden Gibran Rakabuming Raka dijadwalkan pada Minggu, 20 Oktober 2024, sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan KPU Nomor 3 Tahun 2022 tentang Tahapan dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilu 2024.

Dalam sejarahnya, pelantikan presiden dari masa ke masa memiliki cerita masing-masing. Namun, yang paling meriah tercatat pada masa Jokowi. Dari era Soekarno hingga reformasi.  Berikut rangkum cerita pelantikan presiden dari masa ke masa:

Soekarno (1945)

Presiden Soekarno <b>(Kementerian Luar Negeri)</b> Presiden Soekarno (Kementerian Luar Negeri)

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan rapat untuk meratifikasi Undang-undang Dasar 1945 dan menetapkan presiden serta wakil presiden Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945. 

Rapat tersebut berlangsung di gedung yang dulunya digunakan oleh Raad van Indie atau Dewan Hindia (sekarang menjadi gedung Pancasila Kemlu), dan menghasilkan keputusan untuk mengangkat Soekarno sebagai presiden dan Mohammad Hatta sebagai wakil presiden. 

Penunjukan Hatta berasal dari saran Otto Iskandar Dinata, salah satu anggota PPKI. Setelah dilantik, Sukarno pulang ke rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur No 56, Jakarta Pusat, dengan berjalan kaki, dan saat di jalan, ia bertemu seorang penjual sate. Tanpa kursi untuk duduk, Sukarno pun berjongkok di tepi got.

Soeharto (1966)

Prabowo dan Soeharto <b>(Tangkapan Layar: Instagram)</b> Prabowo dan Soeharto (Tangkapan Layar: Instagram)

Kondisi politik tahun 1965 menjadi latar belakang penting bagi perjalanan politik Soeharto sebagai presiden. Ia dilantik setelah terjadinya aksi mahasiswa pasca-peristiwa Gerakan 30 September 1965. Pada 11 Maret 1966, Sukarno meninggalkan Istana Kepresidenan di Jakarta setelah menerima laporan tentang adanya pasukan liar di sekitar Istana, padahal ia seharusnya memimpin rapat kabinet. 

Halaman
x|close