Ntvnews.id, Jakarta - Prestasi menggembirakan diraih Kabupaten Sekadau. Pemerintah daerah yang terletak di tengah provinsi Kalimantan Barat ini berhasil menurunkan prevalensi stunting yang sangat signifikan, dari 35,5 persen pada 2022 menjadi 12,2 persen pada 2023. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional pun memberikan apresiasi kepada otoritas Sekadau yang berhasil memotong prevalensi stunting hingga 23,2 persen itu.
Penghargaan BKKBN itu diterima Wakil Bupati Sekadau, Subandrio, pada puncak perayaan Hari Keluarga Nasional ke-31 di Semarang, Jawa Tengah, pada akhir Juni 2024. Menurut Subandrio, kinerja baik ini adalah hasil kerja sama dan kekompakan semua pihak. “Mari bersama-sama kita cegah stunting demi masa depan yang lebih sehat dan cerdas untuk generasi mendatang,” ucap Subandrio yang juga menjabat Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Sekadau.
Menurut Sabas, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Sekadau, daerahnya tidak saja fokus pada penurunan stunting, tetapi berupaya agar tidak muncul kasus stunting baru (zero new stunting). “Hal ini dapat dicapai melalui penanganan stunting secara paripurna, komprehensif, terintegrasi, dan bersifat multisektor,” kata Sabas di acara Rembuk Stunting dan Diseminasi Audit Kasus Stunting 2024 di Sekadau, pada September lalu.
Keberhasilan menurunkan prevalensi stunting juga diraih sejumlah daerah lain. Di antaranya Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, dengan penurunan sebesar 22,1 persen, Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara (19,5 persen); Kabupaten Batanghari, Jambi (16,2 persen); Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur (16 persen); Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah (12,3 persen); Kabupaten Siak, Riau (11,6 persen); dan Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur (10 persen).
Ilustrasi anak (Freepik/ jcomp)
Stunting adalah masalah kesehatan kronis akibat kurangnya asupan gizi pada periode tumbuh kembanganakdalamjangka panjang. Alhasil, pertumbuhan anak terhambat dan membuat tinggi badannya lebih rendah dibandingkan rekan-rekan seusianya. Kementerian Kesehatan menyebutkan stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas masyarakat Indonesia. Sebab, selain mengganggu pertumbuhan fisik, stunting mempengaruhi perkembangan otak yang berdampak pada kemampuan dan prestasi anak-anak.
Pada 2014, prevalensi stunting di Indonesia berada di angka 34 persen. Hingga tahun lalu angkanya turun menjadi 17,8 persen. Pada 2024 pemerintah menargetkan prevalensi stunting turun kembali menjadi 14 persen. Untuk mencapai target ini, Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya konsolidasi dan kerja sama seluruh pihak.
Menurut Jokowi, menangani stunting tidak hanya menyangkut urusan makanan dan tambahan gizi. Masalah sanitasi, air, hingga lingkungan kampung hingga lingkungan RT juga berpengaruh pada upaya menurunkan stunting. “Ini memang kerja bareng-bareng, kerja bersama, kerja terintegrasi, kerja terkonsolidasi sehingga hasilnya akan kelihatan,” kata Jokowi ketika meninjau kegiatan Gerakan Intervensi Serentak Pencegahan Stunting, Juni lalu di posyandu di kawasan Cipete, Jakarta Selatan.