Ntvnews.id, Jakarta - Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Dzulfikar Ahmad Tawalla, berharap agar lembaga pendidikan, termasuk institusi keperawatan, mempertimbangkan untuk menambahkan Bahasa Jerman dalam kurikulum mereka.
"Jerman sangat terbuka bagi tenaga kerja Indonesia. Oleh karena itu, saya menyarankan agar lembaga pendidikan memasukkan Bahasa Jerman dalam kurikulumnya, sehingga lulusan bisa langsung siap ditempatkan di sana," ungkap Dzulfikar dikutip dari Antara, Rabu, 13 November 2024.
Menurut Wakil Menteri, ada tiga tantangan yang dihadapi dalam upaya kerjasama ketenagakerjaan antara Indonesia dan Jerman. Pertama, yaitu keterbatasan layanan pelatihan Bahasa Jerman bagi calon pekerja migran Indonesia.
"Terkait hal ini, Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) berharap adanya kolaborasi dan pengadopsian kurikulum Bahasa Jerman di lembaga pendidikan," katanya.
Kendala kedua, lanjutnya, adalah tantangan dalam mempercepat proses penempatan pekerja dan mengurangi risiko kegagalan mereka baik selama di Indonesia maupun saat berada di Jerman.
"Sebanyak 337 calon pekerja migran Indonesia yang mengikuti pelatihan Bahasa Jerman B1 dan 376 orang lainnya yang perlu mengulang ujian sertifikasi B1 secara mandiri menjadi kendala ketiga yang dihadapi," jelasnya.
Dzulfikar juga berharap dukungan dari pemerintah Jerman untuk memperluas layanan pelatihan Bahasa Jerman serta membuka lebih banyak peluang kerja di sektor-sektor lain seperti hospitality, konstruksi, teknologi informasi, dan pekerjaan ramah lingkungan (green jobs) yang menjadi perhatian bersama pemerintah Indonesia dan Jerman.