Ia juga menyinggung adanya tantangan internal dan eksternal dalam menciptakan kampus yang bebas dari kekerasan seksual.
"Untuk tantangan internal, lebih berkaitan dengan komitmen dari pimpinan perguruan tinggi, yang harus memahami pentingnya menciptakan kampus yang bebas dari kekerasan seksual," katanya.
Menurutnya, pimpinan perguruan tinggi harus memahami berbagai bentuk kekerasan seksual, termasuk yang disamarkan dalam bentuk candaan, serta memahami pelanggaran prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan tinggi yang mengarah pada kekerasan seksual.
"Tantangan lainnya berasal dari budaya organisasi atau tata kelola kampus yang mengedepankan senioritas, adanya perbedaan kekuasaan antara dosen dan mahasiswa, serta pandangan bahwa kekerasan adalah bagian dari pendidikan. Sementara itu, tantangan eksternal berkaitan dengan budaya patriarki," ujar Chatarina.
Baca juga: Wanita di Bojong Gede Panjat Menara Sutet, Ternyata Sudah 6 Kali Lakukan Percobaan Bunuh Diri
Baca juga: Kecelakaan Beruntun Terjadi di Tol JORR Arah Serpong, CRV Ringsek
Baca juga: Siang Ini Kampanye Akbar RK-Suswono Digelar, Ada Dewa 19 dan Banyak Makanan Gratis