Ntvnews.id, Jakarta - Meski telah diendorse oleh Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden ke-8 Prabowo Subianto, pasangan calon gubernur dan wakil gubernur nomor urut satu, Ridwan Kamil-Suswono ternyata hanya mampu meraih kurang lebih 40% suara di Pilkada Jakarta 2024. Raihan suara tersebut jauh di bawah pasangan nomor urut dua Pramono Anung-Rano Karno yang berhasil menembus 50% lebih versi quick count atau hitung cepat.
Menurut Pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saiful Mujani dukungan dari Jokowi dan Prabowo tidak laku di Jakarta. Pasalnya masyarakat Jakarta adalah masyarakat yang rasional karena rata-rata memiliki pendidikan yang tinggi.
"Ini Jakarta Bung!" Itu jawabannya. Jakarta bukan Indonesia. Kalau Pak Prabowo dan Jokowi dijual di Jawa Timur atau di Jawa Tengah dia akan laku atau di Banten atau di Jawa Barat. Di Jakarta belum tentu," kata Saiful Mujani dalam acara DonCast NusantaraTV yang dipandu jurnalis senior NusantaraTV Don Bosco Selamun dan jurnalis Tascha Liudmila, Kamis (28/11/2024).
Saiful mengatakan jika melihat treknya ke belakang, Jokowi lawan Foke (Fauzi Bowo) dua putaran. Prabowo juga tidak menang besar di Jakarta.
"Dalam Pilpres kemarin kalau dijumlahkan suara Anies dengan suara Ganjar itu lebih banyak daripada Pak Prabowo. Artinya apa? di sini (Jakarta) lebih plural, lebih rasional karena kelas menengahnya lebih banyak," ujarnya.
"Dan itulah kira-kira 50 tahun yang akan datang untuk Indonesia. Kita berharap begitu," imbuhnya.
Terkait upaya kubu Pramono-Rano untuk menjaga suara mereka yang diyakini telah menembus 50% plus satu suara sebagai syarat untuk memenangkan Pilkada Jakarta dalam satu putaran.
Saiful mengatakan karena selisih suaranya dengan batas 50% plus satu sangat tipis, Pramono-Rano harus memiliki bukti otentik C1 sebagai dasar jika ada pihak yang menuntut.
"Karena selisih yang tipis tersebut. Tapi setipis apapun kalau punya dokumen yang cukup itu bisa diselesaikan dengan baik. Yang paling penting KPU jangan main-main di sini!" tandasnya.
"Seperti saya katakan tadi Ini Jakarta bukan Indonesia. Jadi jangan nantang. Karena bisa terjadi chaos itu yang saya khawatir," imbuhnya.
Selain berbicara soal Pilkada Jakarta, Saiful Mujani juga menyinggung soal hasil quick count Pilkada Banten yang menunjukkan pasangan Airin Rachmi Diyani-Ade Sumardi secara mengejutkan dikalahkan pasangan Andra Sony-Dimyati.
"Saya mengamati survei dan seterusnya Airin sudah paling kuat. Angka-angka survei menunjukkan dia yang menang. Tapi tiba-tiba Sony yang nobody knows. Saya sendiri yang ikutin politik tidak tahu siapa itu Sony tiba-tiba dia terpilih mendapat suara banyak. Saya melihat ada suatu yang luar biasa terjadi. Apa itu? Menurut saya curang," bebernya.
"Kalau dibawa ke MK saya kira berat. Biasanya susah membawa bukti-bukti yang serius untuk menunjukkan kecurangan-kecurangan tersebut. Menurut saya MK sekarang sedang diuji untuk masalah kebenaran. Masalahnya adalah apakah Airin punya bukti kuat untuk bersidang di MK. Untuk membatalkan kemenangan Sony di Banten," pungkasnya.