Situasi memburuk dengan cepat, diwarnai aksi kekerasan dan kepanikan di stadion. Pasukan keamanan menggunakan gas air mata untuk memulihkan ketertiban, sementara beberapa penonton melemparkan batu sebagai bentuk protes.
Sebuah video yang beredar di media sosial menunjukkan belasan jenazah, termasuk anak-anak, tergeletak di lokasi kejadian. Namun, keaslian video tersebut belum dapat diverifikasi oleh Reuters.
Baca Juga: Stadion Wibawa Mukti Rusak Parah Diterjang Angin Kencang, Atap Roboh
Koalisi oposisi, Aliansi Nasional untuk Perubahan dan Demokrasi, menyerukan investigasi menyeluruh atas insiden ini, dengan menuding otoritas Guinea bertanggung jawab atas tragedi tersebut.
Mereka juga mengkritik turnamen itu sebagai ajang untuk menggalang dukungan politik bagi Doumbouya, yang dianggap tidak sah dan tidak layak.
Guinea berada di bawah kendali militer sejak kudeta terhadap Presiden Alpha Conde pada 2021. Doumbouya, yang mengambil alih kekuasaan, mengklaim langkah itu bertujuan mencegah negara terjerumus dalam kekacauan. Namun, ia juga menuai kritik karena tidak memenuhi janji untuk memulihkan pemerintahan sipil.