Sementara itu, Rusia mengecam keras gagasan bahwa AS dapat memberikan senjata nuklir kepada Ukraina, menyebutnya sebagai tindakan "gila." Kritik ini disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, yang menilai gagasan tersebut sebagai ancaman serius terhadap stabilitas global.
"Kami menganggap hal ini sebagai bentuk kegilaan. Semua pemerintahan yang bertanggung jawab seharusnya memastikan skenario seperti itu tidak terjadi, karena hal itu sama saja dengan bunuh diri," ujar Zakharova, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Tentara Korea Utara Nyamar Jadi Warga Rusia untuk Lawan Ukraina
Zakharova juga menuding Ukraina memanfaatkan isu ini sebagai alat propaganda untuk menekan negara-negara Barat agar memberikan lebih banyak bantuan.
Setelah Uni Soviet runtuh pada 1991, Ukraina mewarisi sejumlah senjata nuklir yang kemudian diserahkan kepada Rusia melalui perjanjian Memorandum Budapest pada 1994. Sebagai imbalannya, Ukraina mendapatkan jaminan keamanan dari Rusia, AS, dan Inggris.
Namun, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah berulang kali menyatakan kekecewaannya terhadap kesepakatan tersebut, mengklaim bahwa penyerahan senjata nuklir membuat Ukraina rentan terhadap ancaman keamanan saat ini.
Kondisi ini menjadi salah satu alasan utama Zelensky terus mendorong keanggotaan Ukraina di aliansi militer NATO, yang ditentang keras oleh Moskow.