Ntvnews.id, Damaskus - Komando militer Suriah telah menginformasikan kepada para perwira bahwa kekuasaan Presiden Bashar al-Assad selama 24 tahun kini telah berakhir. Assad dilaporkan melarikan diri setelah kelompok pemberontak berhasil masuk ke ibu kota Damaskus.
Dilansir dari BBC, Senin, 9 Desember 2024, seorang perwira Suriah menyebutkan bahwa pengumuman tersebut disampaikan setelah serangan mendadak dari pemberontak yang berhasil merebut Damaskus dengan cepat dan mengejutkan.
Sementara itu, pejabat dari Kementerian Pertahanan Suriah juga telah meninggalkan markas mereka di ibu kota. Pemberontak Suriah menyatakan bahwa Damaskus "kini bebas dari Assad."
Baca Juga: Kemlu RI Tetapkan Siaga Tertinggi di Seluruh Suriah
Militer Suriah sebelumnya melaporkan bahwa Assad telah meninggalkan Damaskus dengan pesawat menuju lokasi yang tidak diketahui. Ketika pemberontak memasuki ibu kota, tidak ditemukan adanya tanda-tanda pengerahan militer yang signifikan.
Di alun-alun utama Damaskus, ribuan orang berkumpul dengan kendaraan maupun berjalan kaki. Mereka melambaikan tangan dan bersorak "Kebebasan," merayakan berakhirnya kekuasaan keluarga Assad yang telah memerintah Suriah selama hampir 50 tahun.
"Kami merayakan bersama rakyat Suriah kabar pembebasan tahanan kami dan berakhirnya era ketidakadilan di penjara Sednaya," ujar kelompok pemberontak dalam pernyataan mereka.
Penjara Sednaya, yang terletak di pinggiran Damaskus, adalah fasilitas militer besar yang digunakan pemerintah Suriah untuk menahan ribuan orang. Rekaman video yang beredar di media sosial menunjukkan warga menari di sekitar tank-tank yang ditinggalkan oleh militer, diiringi musik yang diputar dengan volume tinggi.
Baca Juga: Iran Sebut Lonjakan Terorisme di Suriah Bagian dari Strategi Zionis-AS
Bashar al-Assad mulai memimpin Suriah sejak tahun 2000, menggantikan ayahnya, Hafez al-Assad, yang menjabat sebagai presiden dari tahun 1971 hingga wafat pada tahun 2000.
Perdana Menteri Suriah, Mohammad Ghazi al-Jalali, menyatakan bahwa dirinya tidak berencana untuk melarikan diri seperti Assad. Ia berkomitmen untuk menjaga agar institusi-institusi publik tetap berfungsi dan memastikan transisi kekuasaan berlangsung dengan damai.
Pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), Al-Julani, menegaskan bahwa pasukan oposisi di Damaskus dilarang mengambil alih lembaga-lembaga publik. Menurutnya, institusi pemerintah akan tetap berada di bawah pengawasan Perdana Menteri Suriah hingga pengalihan kekuasaan dilakukan secara resmi. Al-Julani juga melarang tembakan perayaan.
"Semua lembaga tetap di bawah pengawasan mantan Perdana Menteri hingga serah terima resmi dilakukan. Tembakan perayaan dilarang," ujar Al-Julani dalam pernyataannya.