Begitu pula di Pos Pengamatan Hujan di Singaraja, intensitas hujan ekstrem lebih dari 150 milimeter per hari tercatat pada 1 dan 4 Desember 2024.
Ia memperkirakan fenomena air terjun dadakan terjadi karena tanah di area tersebut sudah jenuh menampung air akibat curah hujan yang terus meningkat selama sepekan terakhir.
"Air hujan yang tidak terserap tanah akhirnya mengalir ke permukaan atau menjadi aliran runoff menuju jalur sungai di sekitar Gunung Agung," tambahnya.
Sementara itu, seorang pemandu pendakian Gunung Agung, Wayan Widi Yasa, mengungkapkan bahwa dalam beberapa hari terakhir kawasan Gunung Agung diguyur hujan lebat, sehingga jumlah titik air terjun dadakan diperkirakan lebih banyak dibandingkan musim hujan tahun lalu.
Wayan, yang berasal dari Dusun Sogra di kaki Gunung Agung dengan ketinggian 3.142 meter di atas permukaan laut (MDPL), mengatakan bahwa beberapa pemesanan pendakian harus dibatalkan karena cuaca buruk.
Ia menyebutkan bahwa air terjun sementara tersebut terlihat di beberapa lokasi, termasuk di ketinggian sekitar 2.100 MDPL pada jalur pendakian Pasar Agung, di mana aliran air mengalir melalui jalur-jalur lahar yang biasanya kering selama musim kemarau.
Meskipun fenomena air terjun ini menawarkan pemandangan yang menarik, hujan deras meningkatkan risiko karena membuat jalur pendakian licin, tanah menjadi tidak stabil, dan jarak pandang terganggu.