Ntvnews.id, Jakarta - Dalam pidatonya di acara peluncuran buku Todung Mulya Lubis, Mantan Presiden Republik Indonesia ke-5, Megawati Soekarnoputri, menceritakan pengalaman pribadinya ketika diperiksa oleh kejaksaan. Dengan gaya khasnya yang santai namun tegas, Megawati mengungkapkan bagaimana momen tersebut menjadi refleksi terhadap sistem hukum di Indonesia.
Megawati membuka cerita dengan menyampaikan bahwa saat itu ia harus masuk ke Gedung Bundar lewat pintu belakang, yang menurutnya mencerminkan realita sistem birokrasi republik ini.
"Saya masuk lewat belakang, supaya tahu, inilah realita republik kita," ujarnya.
Baca Juga: Megawati Bingung Diundang Bahlil ke HUT Golkar: Kan Dimusuhin Tapi Sekarang Diundang
Proses pemeriksaan dimulai sejak pagi, dan ia mengaku merasa jenuh dengan beragam pertanyaan yang diajukan.
"Dari jam 8 pagi saya sudah jawab semuanya. Jadi, yang mau dicari apa? Saya bilang begitu," ungkapnya. Ketika pemeriksaan berlanjut tanpa kepastian, Megawati merasa khawatir sebagai seorang istri dan ibu. "Suami saya pasti nunggu, anak saya nunggu. Saya tanya, boleh telepon atau langsung ditahan?" tuturnya.
Namun, yang paling menarik perhatian adalah saat salah satu jaksa bertanya kepadanya tentang "Naga Hijau" dan "Naga Merah." Pertanyaan ini membuat Megawati merasa kesal.
"Terakhir tu, ‘Apakah Ibu kenal sama Naga Hijau, Naga merah?’ terus udah gak tahan gue, udah kesal. Saya sudah gak tahan, sudah kesel. Saya bilang, apakah bapak ibu pernah melihat naga?" tanyanya dengan nada sarkastik. Ia melanjutkan dengan mengingatkan para jaksa untuk tidak membuat pertanyaan yang tidak masuk akal.
Megawati kemudian menjelaskan bahwa istilah "Naga Hijau" dan "Naga Merah" ternyata merupakan simbolisme yang merujuk pada Nahdlatul Ulama (NU) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Ia mengaku merasa bingung mengapa pertanyaan semacam itu diajukan dalam pemeriksaan yang seharusnya serius.
Baca Juga: Megawati Ungkap Presiden Soekarno Tak Punya Rumah dari Negara
“Kalian itu menjadi begini, meferhor dengan hal-hal, apakah saya pernah lihat naga, ternyata itu simboliknya, NU yang Ijo sama Namanya (merah) PDI,” ungkapnya.
Dalam penutup ceritanya, Megawati menyinggung perjuangan ayahnya, Presiden pertama RI, Sukarno, yang pernah keluar masuk penjara karena ide-idenya. Ia mengaitkan pengalaman tersebut dengan penghargaannya terhadap proses hukum, meskipun sering kali ia merasa ada kekeliruan dalam pelaksanaannya.
“Gila ya, saya tanya, kalau kalian yag saya dengan sabra karena saya taat hukum, saya Megwati Soekarnoputri, tahu gak bapak saya keluar masuk penjara karena ide-ide.Nah, terus di suruh pulang,” ucapnya.