Ntvnews.id, PBB - Penjarahan serta minimnya staf dan obat-obatan telah memaksa banyak fasilitas kesehatan di Suriah untuk ditutup, di tengah situasi keamanan yang terus memburuk. Informasi ini disampaikan oleh badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat (13/12).
Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA), PBB bersama mitra-mitranya tetap mendukung upaya bantuan kemanusiaan dan akan melanjutkan kegiatan tersebut segera setelah kondisi keamanan memungkinkan.
Baca juga: Presiden-Wapres Hingga Jokowi Hadiri Pernikahan Putri Zulkifli Hasan
Selama 14 tahun konflik berkepanjangan di Suriah, lebih dari 13 juta orang terpaksa meninggalkan tempat tinggal mereka, kata OCHA.
Di wilayah timur laut Suriah, mitra kesehatan telah membuka lebih dari 20 fasilitas kesehatan keliling untuk menangani kasus-kasus kritis dan memberikan konsultasi medis awal. Sementara itu, di wilayah barat laut Suriah, terdapat 30 tim medis keliling yang memberikan layanan kesehatan dasar, vaksinasi, dan perawatan untuk ibu, sekaligus membantu pengungsi dengan mendistribusikan berbagai bentuk bantuan seperti makanan, tenda, pakaian musim dingin, perlengkapan kebersihan, dan uang tunai.
Meski begitu, lembaga-lembaga kemanusiaan mengungkapkan bahwa diperlukan lebih banyak dukungan untuk menjangkau lebih banyak orang dan membantu komunitas yang menjadi tuan rumah bagi para pengungsi.
Komisariat Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi (United Nations High Commissioner for Refugees/UNHCR) melaporkan bahwa ribuan pengungsi Suriah mulai kembali dari Lebanon ke negara asal mereka. Mereka melintasi titik perbatasan Masnaa dan area perlintasan lainnya, menuju daerah seperti Idlib, pedesaan Damaskus, Kota Damaskus, Daraa, Aleppo, dan sejumlah lokasi lain. Namun, pada saat yang sama, masih ada warga Suriah yang terus mengungsi ke Lebanon.