Ntvnews.id, Jakarta - Universitas Indonesia (UI) melalui tim pengabdian dari Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI berkolaborasi dengan Museum Nasional Indonesia untuk menyelenggarakan program pengabdian kepada masyarakat yang berjudul "Program Keterbacaan Berbasis Konsep Reimajinasi pada Koleksi Museum bagi Pelajar Tunanetra."
Program ini bertujuan untuk memperkenalkan salah satu koleksi penting Museum Nasional Indonesia, yakni arca Nandi, kepada siswa-siswi tunanetra tingkat SMP dari Sekolah Luar Biasa (SLB) Pembina Tingkat Nasional Lebak Bulus, Jakarta.
Program ini diinisiasi oleh tim pengabdi dari Departemen Arkeologi FIB UI, yakni: Prof. Dr. Irmawati Marwoto, Dr. Ghilman Assilmi, Ajeng Ayu Arainikasih, M.A., Danang Aryo Nugroho, S.Hum., Asri Hayati Nufus, S.Hum., dan Garin Dwiyanto Pharmasetiawan, S.Hum.
Tujuan program ini untuk memberikan pengalaman edukatif yang inklusif bagi siswa-siswi tunanetra dalam mengenal dan memahami nilai-nilai budaya yang terkandung dalam koleksi Museum Nasional, khususnya arca Nandi.
Baca Juga: Pameran Arkeologi ‘Jakarta dari Bawah Tanah’ Ungkap Bukti Peradaban Jakarta di Masa Lampau
Program dirancang untuk memberikan kesempatan bagi para peserta untuk berinteraksi dengan koleksi museum melalui berbagai pendekatan, termasuk pendongengan, audio guide, braille, dan teknologi terbaru seperti 3D printing.
"Kegiatan ini merupakan upaya nyata yang dilakukan oleh Universitas Indonesia untuk memberikan kontribusi langsung kepada masyarakat dan pemerintah. Kami ingin memastikan bahwa museum dan segala kekayaan budayanya dapat dinikmati oleh semua kalangan, termasuk teman-teman disabilitas. Dengan program ini, kami berharap dapat memperluas wawasan para siswa-siswi tunanetra tentang kekayaan sejarah dan budaya yang dimiliki Indonesia, sekaligus memberikan pengalaman yang menyenangkan dan bermanfaat." Ujar Prof. Dr. Irmawati Marwoto, Ketua Tim Pengabdi UI.
Universitas Indonesia Gelar Program Publik untuk Siswa-siswi Disabilitas di Museum Nasional (Universitas Indonesia)
"Sesuai dengan definisi museum dari ICOM (International Council of Museum) yang baru, bahwa museum harus menjadi ruang inklusif, maka kami sangat mendukung inisiatif ini karena sejalan dengan visi kami melalui konsep reimajinasi Museum yang dibuat oleh Indonesian Heritage Agency (IHA). Melalui program ini, kami berharap dapat memperkenalkan koleksi kami dengan cara yang lebih kreatif dan interaktif, sehingga memberikan dampak positif bagi para peserta khususnya adik-adik penyandang disabilitas netra dari SLB A PTN Lebak Bulus, baik dalam pemahaman budaya maupun apresiasi terhadap kekayaan sejarah Indonesia. Harapannya, Museum Nasional dapat menyelenggarakan kegiatan serupa untuk penyandang disabilitas lainnya secara reguler di masa depan sehingga cita-cita museum sebagai ruang inklusif dapat terwujud," ujar Ni Luh Putu Chandra Dewi, PJ Museum Nasional Indonesia dalam sambutannya saat seremoni pembukaan acara.
Kegiatan diawali dengan sesi mendongeng mengenai mitologi Nandiswara, yang merupakan wahana dari dewa Siwa dalam kepercayaan Hindu. Cerita ini menjadi jembatan untuk menghubungkan peserta dengan makna di balik arca Nandi yang ada di museum. Setelah sesi mendongeng, para siswa diberikan lembar aktivitas yang dilengkapi dengan audio guide dan braille untuk membantu mereka lebih memahami cerita mitologi tersebut.
Selanjutnya, siswa-siswi diajak untuk meraba arca Nandi yang asli yang terletak di Gedung A Museum Nasional. Demi menjaga keamanan koleksi, para peserta menggunakan sarung tangan untuk mencegah kontak langsung antara kulit dengan benda koleksi yang sangat bernilai tersebut. Tak hanya itu, siswa-siswi juga berkesempatan untuk meraba replika arca Nandi yang dibuat menggunakan teknologi 3D printing, yang memungkinkan mereka merasakan bentuk dan detail arca dengan cara yang lebih mendalam.