Ntvnews.id, Palestina - Qatar dan Amerika pada Rabu, 15 Januari 2025 mengumumkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza, termasuk pembebasan sandera oleh Israel dan Hamas. Para mediator berharap agar perjanjian ini menjadi langkah awal menuju akhir konflik di Gaza secara permanen.
Meski demikian, kantor PM Israel Benjamin Netanyahu mengingatkan bahwa masih ada beberapa isu yang belum terselesaikan dalam kesepakatan ini. Di hari yang sama, Netanyahu melakukan pembicaraan dengan Presiden AS Joe Biden dan presiden terpilih Donald Trump.
Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, mengungkapkan rasa bahagianya atas kabar pembebasan para sandera. Ia menyampaikan harapan besar agar proses ini berjalan lancar. Kabar ini menjadi angin segar bagi terutama warga Gaza.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden meyakini bahwa usulan gencatan senjata di Jalur Gaza yang disampaikannya pada Mei 2024 akan segera terwujud sebelum masa jabatannya berakhir. (Antara)
"Kesepakatan ini akan menghentikan pertempuran di Gaza, meningkatkan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan untuk warga sipil Palestina, dan menyatukan kembali para sandera dengan keluarga mereka setelah lebih dari 15 bulan disandera," kata Biden, dilansir Reuters, Kamis, 16 Januari 2025.
Biden menyampaikan bahwa ia dan Presiden terpilih Donald Trump terus menjalin komunikasi terkait kesepakatan gencatan senjata ini. Sebagian besar implementasi perjanjian akan berada di bawah pemerintahan Trump.
"Dalam beberapa hari terakhir ini, kami berbicara sebagai satu tim," ujarnya.
Biden juga menambahkan bahwa terdapat warga negara Amerika Serikat yang menjadi sandera di Gaza. Ia menyebutkan jumlahnya sebanyak tiga orang.