Ia kemudian kembali ke Indonesia dan menjadi dosen di Institut Teknologi Bandung (ITB). Di sana, ia memperkenalkan proses self-evaluation, sebuah pendekatan baru dalam evaluasi institusi pendidikan yang kemudian diadopsi oleh ITB dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti).
Menter Dikti Saintek Satryo Soemantri Brodjonegoro didemo anak buahnya sendiri. (Ist.)
Karier Satryo kian melesat ketika ia menjabat sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) pada 1999-2007.
Baca Juga: Menteri Dikti Saintek Didemo Bawahan, Beredar Pesan WhatsApp: Lawan Atau Menunggu Giliran!
Di bawah kepemimpinannya, sistem Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH) diperkenalkan pada Desember 2000. Kebijakan ini membawa angin segar bagi otonomi kampus dan peningkatan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia.
Pada 2007, Satryo menjadi salah satu penggagas program World Class University, yang bertujuan meningkatkan daya saing universitas Indonesia di kancah global. Program ini berhasil meningkatkan peringkat universitas-universitas Indonesia di QS World University Rankings dan Times Higher Education. Tak hanya itu, jumlah publikasi ilmiah internasional serta kolaborasi riset global juga meningkat drastis.
Sebagai seorang ilmuwan, Satryo telah menghasilkan 99 publikasi ilmiah yang memperkuat posisinya sebagai akademisi berkelas dunia. Kontribusinya juga diakui melalui posisinya sebagai Ketua dan Anggota Komisi Bidang Ilmu Rekayasa di Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) periode 2018-2023.
Baca Juga: Didemo Pegawai Sendiri, Menteri Dikti Saintek Disebut Arogan-Suka Nampar Bawahan