Ntvnews.id, Jakarta - Pakar Militer dan Hubungan Internasional Connie Rahakundini Bakrie bersyukur dan menyambut gembira terwujudnya gencatan senjata di Gaza yang berlaku mulai Minggu 19 Januari 2025 hingga enam pekan ke depan. Namun demikian, Connie mengingatkan agar Pemerintah RI memikirkan secara serius soal rencana Presiden AS Donald Trump yang ingin merelokasi warga Gaza ke Indonesia.
"Menurut saya engga main-main dan kita harus pikirkan serius. Karena pertama, kenapa ide itu muncul? Apakah karena melihat begitu semangatnya Indonesia untuk memerdekakan Palestina dan menyelesaikan masalah Palestina?
Tapi buat saya ini kalau toh ini diterima mungkin bisa jadi masalah baru. Karena dari satu perspektif tentang ide
Steve Witkoff (Utusan Trump untuk Timur Tengah) bisa juga dianggap bahwa terjadi pengurangan orang Palestina dari area Palestina itu. Yang kedua yakinkah kita akan menerima mereka? Karena urusan pagar laut saja engga selesai-selesai. Itu urusan di antara kita sendiri. Apalagi nanti ada urusan dari negara lain datang di kita. Kita tampung dengan semua lembaga internasional terlibat," kata Connie dalam Dialog NTV Prime di Nusantara TV.
"Jadi sebelum kita bahas lebih jauh saya mau ingatkan dulu tentang statement-nya Steve Witkoff karena
itu menurut saya lebih penting. Bahwa tentang gencatan senjata ini kalau saya kaitkan dengan pertanyaan pertama tadi saya tuh agak ragu ini bisa lama berjalan. Karena bagaimanapun juga kita harus memahami siklus ini kan berulang. Bahwa gencatan sejata ini terjadi terima kasih. Thanks God it happen. Tapi siklus ini berulang. Ada beberapa masalah yang masalah akar yang tidak pernah selesai. Yaitu bagaimana sengketa wilayah, hak pengungsi misalnya dan akses terhadap sumber daya itu menjadi masalah yang akan muncul," lanjutnya.
"Lalu ada kurangnya kepercayaan dan komunikasi antara mereka. Pengaruh ekstremisme. Ketika saya ngomong ekstremisme ini enggak bicara soal bagaimana kelompok garis keras Hamas saja di Gaza. Tapi juga tentang kelompok sayap kanan di Israel yang banyak juga komplain tentang ceasefire ini. Lalu kondisi kemanusiaan karena kondisi kehidupan yang buruk. Itu akan memicu kebencian, memicu kemarahan, memicu permusuhan. Itu bukan mudah lalu. Kesepakatan itu seringkiali tidak memiliki mekanisme yang dapat menegakkan kepatuhan," imbuhnya.
Hal lain yang membuat Connie mengaku ragu gencatan senjata di Gaza akan bertahan lama yakni soal pertukaran jumlah sandera di antara Hamas dan Israel yang tidak seimbang.
"Bayangkan Hamas sepakat membebaskan 33 sandera Israel Minggu. Sebagai imbalan Israel akan membebaskan 2000 tahanan Palestina. 33 compare 2000 itu jauh sekali bedanya. Sehingga tantangan pertama saja sudah terjadi. Apa? Ya komplain tentang pertukaran tidak seimbang. Sudah ada banyak perdebatan. Kalau kita baca kritikus-kritikus sudah memicu perdebatan. Karena kalau begini ini ada kesepakatan ini pertama tidak fair. Kedua adalah akan memperkuat kembali Hamas. Memberi mereka peluang untuk berkumpul kembali melanjutkan aktivitasnya. Ini sekali lagi dari perspektif keseimbangan. Saya enggak belain Hamas soalnya orang suka jadi salah baca seolah-olah saya menuduh Hamas atau membela Hamas. Saya cuma ceritakan tantangannya apa," tutur Connie.
Di samping itu, kata Connie, tentang tujuan Israel yang belum tercapai. Dari perspektif Israel yaitu membongkar Hamas.