Ntvnews.id, Beijing - Semua orang membutuhkan toilet, tetapi durasi penggunaannya bisa sangat bervariasi. Uniknya, sebuah perusahaan di China justru membatasi waktu karyawan saat menggunakan toilet dengan alasan kesehatan. Namun, kebijakan ini justru menimbulkan kontroversi.
Dilansir dari SCMP, Senin, 14 Februari 2025, Three Brothers Machine Manufacturing Company yang berlokasi di Foshan, Provinsi Guangdong, mulai menerapkan aturan ketat terkait penggunaan toilet sejak 11 Februari. Karyawan hanya diperbolehkan ke toilet pada jam-jam tertentu dengan batas waktu maksimal dua menit. Kebijakan ini diklaim merujuk pada manuskrip pengobatan kuno Tiongkok.
Aturan tersebut segera viral di media sosial dan menuai kritik. Banyak pihak menilai kebijakan ini berlebihan dan melanggar hak dasar pekerja. Beberapa pengacara bahkan menegaskan bahwa aturan tersebut bertentangan dengan hukum ketenagakerjaan.
Selain itu, jika ada karyawan yang sangat mendesak ingin buang air di luar jadwal yang ditetapkan, mereka tetap diperbolehkan, tetapi tetap dibatasi hanya dua menit.
Perusahaan mengklaim aturan ini dibuat demi meningkatkan efisiensi dan ketertiban di tempat kerja. Namun, kebijakan ini dianggap sebagai bentuk eksploitasi terhadap pekerja.
Baca Juga: Geger! Seorang Pria di Tangerang Tewas Tergantung di Toilet Mushola
Menurut peraturan yang ditetapkan, pekerja hanya diperbolehkan ke toilet pada waktu tertentu, yaitu sebelum pukul 8 pagi, pukul 10.30 hingga 10.40 pagi, pukul 12 siang hingga 1.30 siang, pukul 3.30 hingga 3.40 sore, dan pukul 5.30 hingga 6 sore.
Sementara itu, karyawan yang bekerja lembur hanya dapat menggunakan toilet setelah pukul 9 malam. Jika melewati ketentuan ini, mereka akan dikenakan denda sebesar 100 yuan (sekitar Rp 224 ribu).
Perusahaan menyatakan bahwa kebijakan ini mengacu pada Huang Di Nei Jing atau Kanon Dalam Kaisar Kuning, sebuah teks pengobatan tradisional Tiongkok yang telah ada selama lebih dari 2.000 tahun. Menurut perusahaan, aturan tersebut dibuat demi kesehatan para pekerja.
Namun, banyak pihak mempertanyakan bagaimana perusahaan menafsirkan teks kuno tersebut. Seorang komentator daring mengkritik, "Itu tidak bermoral! Mereka mengklaim aturan ini berdasarkan Huang Di Nei Jing, padahal teks tersebut justru menekankan pentingnya istirahat dan tidak bekerja setelah senja. Bukankah perusahaan mengabaikan hal itu?"
Baca Juga: Agus Buntung Dapat Shower, Toilet Duduk, dan 1 Pendamping di Penjara
Netizen menilai aturan ini hanyalah cara perusahaan untuk menekan pekerja. Mereka juga menuding bahwa manajemen hanya mengambil bagian dari teks kuno yang sesuai dengan kepentingan mereka.
Beijing News turut mengkritik kebijakan ini dengan menulis, "Siapa pun yang memiliki akal sehat dapat melihat bahwa aturan ini merupakan keputusan sewenang-wenang dari manajemen."
Akibat banyaknya kecaman, perusahaan akhirnya mencabut aturan tersebut pada 13 Februari. Menurut laporan Yangcheng Evening News, kebijakan ini dihapus karena adanya protes dari karyawan serta reaksi negatif dari masyarakat.
Chen Shixing, seorang pengacara dari Firma Hukum Guangdong Yiyue, menegaskan bahwa aturan ini melanggar hukum ketenagakerjaan. "Undang-undang mengamanatkan bahwa perubahan terkait gaji, jam kerja, waktu istirahat, hari libur, atau protokol keselamatan harus melalui diskusi yang melibatkan seluruh karyawan atau perwakilannya guna mencapai kesepakatan bersama."
Kasus ini kini menjadi peringatan bagi perusahaan lain agar tidak menerapkan kebijakan serupa. Banyak pihak berharap tidak ada lagi aturan yang membatasi hak dasar pekerja dengan alasan yang tidak masuk akal.