Ntvnews.id, Ankara - Laporan mengenai penangkapan Ekrem Imamoglu pekan lalu menyebabkan gejolak besar di pasar modal Turki, dengan banyak investor kehilangan kepercayaan terhadap kepemimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Dilansir dari DW, Sabtu, 29 Maret 2025, saham Turki mengalami pekan terburuk sejak krisis keuangan global 2008, dengan indeks saham utama ISE 100 anjlok lebih dari 16% pada titik terendahnya.
Sebagai langkah mitigasi, otoritas pasar modal Turki melarang praktik penjualan pendek dan spekulasi terhadap penurunan harga lebih lanjut. Selain itu, aturan pembelian kembali saham dilonggarkan untuk menopang harga saham yang merosot. Indeks sempat pulih sekitar 2%, namun kembali melemah hingga mencapai level terendah sejak November.
Dampak terhadap stabilitas ekonomi
Para analis menilai situasi ini dapat menjadi tantangan besar bagi Erdogan. Dalam beberapa tahun terakhir, pasar saham menjadi pilihan utama investor domestik untuk melindungi aset mereka dari lonjakan inflasi, yang saat ini mencapai sekitar 39%.
Pada awal pekan ini, kondisi pasar obligasi dan saham mulai menunjukkan tanda-tanda stabilisasi setelah Menteri Keuangan Mehmet Simsek berjanji akan mengambil "segala langkah yang diperlukan" untuk menenangkan pasar keuangan.
Baca Juga: Ini Penyebab Demo Besar di Turki
Ia menegaskan bahwa Turki tetap menjadi tujuan investasi jangka panjang yang menarik. Bersama Gubernur Bank Sentral Turki, Fatih Karahan, ia juga kembali menegaskan komitmen Erdogan untuk mempertahankan kebijakan ekonomi yang ramah investor, yang telah diterapkan selama dua tahun terakhir guna menghindari arus keluar modal dari lira Turki.
Meskipun mata uang nasional mengalami depresiasi terhadap dolar, pelemahan sebesar 3% masih dianggap dalam batas wajar, sehingga memberikan sedikit ketenangan bagi investor. Analis RBC Bluebay, Timothy Ash, menyebut kepada Bloomberg News bahwa sebagian besar arus keluar lira disebabkan oleh investor asing.
Krisis bersifat sementara
Erdal Yalcin, ekonom dari Universitas Ilmu Terapan (HTWG) di Konstanz, Jerman, mengungkapkan bahwa Turki baru-baru ini berada dalam jalur stabilisasi setelah menghadapi periode panjang ketidakpastian politik, inflasi tinggi, dan krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Baca Juga: 9 Jurnalis Ditangkap saat Liput Demo di Turkiye
Menurutnya, suku bunga tinggi dan intervensi bank sentral dalam mendukung mata uang berhasil menarik kembali investor internasional ke pasar Turki. Oleh karena itu, sebelum insiden Imamoglu, pasar obligasi dan saham sedang mengalami pemulihan.
Namun, krisis politik yang muncul kembali menciptakan ketidakpastian yang signifikan di pasar. "Dalam hitungan jam, investor internasional menarik sejumlah besar modal dari pasar keuangan Turki. Pada saat yang sama, lira mengalami tekanan hebat, memaksa bank sentral untuk menghabiskan cadangan yang cukup besar demi menjaga stabilitas mata uang," jelas Yalcin.