Ntvnews.id, Jakarta - Media sosial dihebohkan dengan tayangan video dari Asisten Penasihat Militer Perwakilan Tetap Republik Indonesia (Aspenmil PTRI) di New York, Letnan Kolonel Kav Paulus Pandjaitan, tengah menggerebek aksi provokatif sekelompok orang berkaitan dengan gerakan separatis.
Paulus, putra Luhut B. Pandjaitan, terlihat mendatangi petugas keamanan markas Perserikatan Bangsa‑Bangsa (PBB) dan menunjukkan barang bukti berupa poster bertuliskan “FREE ACEH”, “FREE MALUKU”, dan “FREE PAPUA”.
Dalam rekaman Paulus bersama petugas keamanan PBB menghampiri tiga orang yang memakai pakaian adat dengan tulisan provokatif. Aksi tersebut pun menuai banyak pujian dari masyarakat Indonesia. Nah, berikut ulasan profil Paulus Pandjaitan selengkapnya.
Profil Paulus Pandjaitan
Paulus, anak dari Ketua Dewan Energi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan, tampaknya memilih jalan hidup yang serupa dengan ayahnya dengan meniti karier di dunia militer. Figur Paulus Pandjaitan, putra sulung Menko Luhut, dikenal sebagai seorang perwira TNI yang memiliki pengalaman luas serta berbagai pencapaian dalam dunia militer.
Nama Luhut Binsar Pandjaitan tentu tidak asing di telinga publik. Selain dikenal sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut juga memiliki latar belakang militer yang kuat. Menariknya, sang anak, Paulus Pandjaitan, mengikuti jejak tersebut dan terjun ke bidang yang sama.
Pria kelahiran 21 Mei 1980 ini memulai karier militernya setelah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Perwira Prajurit Karier Tentara Nasional Indonesia pada tahun 2004. Dalam perjalanannya, ia telah mengukir banyak pengalaman penting dan menorehkan sejumlah prestasi membanggakan.
Langkah awal Paulus di dunia militer dimulai saat ia bergabung dengan satuan elite Kopassus, tepatnya di Grup-2 Para Komando sebagai Komandan Peleton. Ia kemudian dipercaya memimpin sebagai Komandan Kompi selama lima tahun.
Setelah itu, ia bertugas selama tujuh tahun di Grup 3/Sandhi Yudha Kopassus, yang juga termasuk dalam unit elit. Masih merujuk pada informasi dari merdeka.com, Paulus juga pernah mengambil bagian dalam satuan Tugas Batalyon Mekanik TNI Kontingen Garuda XXIII-B/Unifil pada tahun 2007.
Tak hanya fokus pada tugas-tugas militer, Paulus juga mengembangkan kapasitas akademiknya. Pada tahun 2016, ia menyelesaikan program magister di bidang Policing Intelligence and Counter Terrorism dari Macquarie University, Sydney, Australia.
Kemudian pada tahun 2019, ia melanjutkan pendidikan militernya di Seskoad yang bekerja sama dengan US Army Commanding General and Staff College. Dalam program tersebut, ia lulus bersama dua rekan lainnya, yakni Mayor Inf Alzaki dan Mayor Arm Delli Yudha Adi, dengan catatan prestasi yang sangat membanggakan.
Dengan kiprahnya, Paulus Pandjaitan menunjukkan bahwa ia mampu meneruskan tradisi keluarga Luhut Pandjaitan dalam dunia militer, khususnya di TNI Angkatan Darat. Seiring dengan perjalanan kariernya yang terus meningkat, Paulus sempat menjabat sebagai Komandan Batalyon 32 Grup 3 Kopassus, satu posisi strategis di satuan elite tersebut.
Pada tahun 2022, ia mengemban tugas baru sebagai Asisten Penasihat Militer Perutusan Tetap Republik Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York sebuah posisi yang menunjukkan kepercayaan tinggi terhadap kapabilitasnya.
Sepanjang karier militernya, Paulus telah terlibat dalam berbagai operasi, baik di dalam negeri seperti Papua, maupun di panggung internasional saat ditugaskan dalam misi perdamaian di Kongo.