Ntvnews.id, Jakarta - Nusantara TV akan menyelenggarakan forum diskusi ekonomi NTV Insight untuk mendalami dampak kebijakan tarif impor baru Amerika Serikat terhadap kelangsungan bisnis dan ekonomi Indonesia. Konferensi bertajuk "Peluang Bisnis Indonesia Menghadapi Perang Tarif Trump" ini akan digelar di Nusantara Ballroom, NT Tower, Jakarta, pada 30 April 2025.
Aturan bea impor baru yang diumumkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada awal April 2025 lalu menjadi sorotan dunia perdagangan internasional. Besaran tarif timbal balik (reciprocal tariff) ditetapkan sebesar 10 persen untuk semua negara. Ada pula tarif khusus yang bervariasi untuk setiap negara. Untuk Indonesia, AS memberlakukan tarif sebesar 32 persen. Bahkan untuk tekstil Indonesia, AS mematok tarif impor sebesar 47 persen.
Presiden Direktur Nusantara TV Don Bosco Selamun mengatakan NTV Insight ini dirancang sebagai forum khusus bagi para pelaku bisnis dan pengambil kebijakan untuk membahas isu-isu strategis seperti halnya kebijakan tarif impor baru AS yang membawa dampak besar pada ekonomi nasional. "Pertumbuhan ekonomi Indonesia membutuhkan kolaborasi erat lintas sektor yang bisa memberikan solusi menghadapi dinamika ini," kata Don.
Menurut data terakhir, pada tahun 2024, ekspor Indonesia ke AS mencapai angka USD 26,3 miliar, sementara nilai impor dari AS sebesar USD 11,9 miliar. Kebijakan tarif baru AS ini tentu berpotensi menurunkan daya tarik produk Indonesia akibat kenaikan harga yang signifikan di pasar AS. Hal ini pun diperparah oleh kondisi industri domestik, terutama di sektor manufaktur, di mana dalam dua tahun terakhir ada 60 perusahaan telah gulung tikar dan ribuan tenaga kerja kehilangan pekerjaan.
Pemberlakuan kebijakan tarif impor AS diperkirakan berdampak serius pada kelangsungan bisnis dan industri dalam negeri di tengah tekanan ekonomi global. Sejumlah komoditas strategis yang selama ini menjadi andalan ekspor Indonesia antara lain kelapa sawit, tekstil, alas kaki, perlengkapan elektronik, dan produk perikanan. Perang dagang AS ini juga berpotensi berdampak besar pada barang yang diimpor Indonesia, misalnya bahan mineral dan minyak, peralatan mekanis, hingga pakan ternak.
Konferensi NTV Insight ini mengusung tiga topik yang diperkirakan terkena dampak signifikan akibat kebijakan tarif impor AS, yaitu masa depan bisnis ekspor Indonesia, tantangan baru industri sawit nasional, dan industri peternakan Indonesia. Di tengah dinamika perang dagang ini, tentu adan peluang-peluang bisnis baru yang bisa dikejar Indonesia. "Kebijakan AS ini sudah berjalan, kita harus duduk bersama dan segera mencari solusi peluang bisnis apa yang bisa dikembangkan Indonesia ke depan di tengah dinamika perang dagang ini," kata Don.
Dalam forum ini akan hadir sejumlah pembicara, dari kalangan pelaku usaha, asosiasi industri, ekonom, dan pembuat kebijakan untuk membahas sejumlah isu utama tersebut. Nusantara TV turut mengundang Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri.
Dari asosiasi industri akan hadir Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia Benny Soetrisno, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Eddy Martono, dan Wakil Ketua Umum Bidang Peternakan Kadin Indonesia Cecep Muhammad Wahyudin. Turut hadir pula CEO Oxytane Mitra Indonesia Syofi Raharja, Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Heru Tri Widarto, dan Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha dan Pengolahan Daging Indonesia Teguh Boediyana. Ada pula Direktur Eksekutif Center for Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira dan ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal.
Sebagai forum diskusi, NTV Insight diharapkan dapat memberikan wawasan baru dan berkontribusi dalam menguatkan strategi daya saing produk nasional, diversifikasi pasar ekspor, serta mendorong sinergi yang lebih baik antara pemerintah dan pengusaha dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Forum ini juga diharapkan menjadi ruang untuk menghasilkan ide-ide segar dan rekomendasi kebijakan yang mendukung pembangunan ekonomi berkelanjutan di tengah tantangan global.