AHY di Stanford: Indonesia Siap Pimpin Agenda Pembangunan yang Adil dan Berkelanjutan

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 21 Mei 2025, 12:49
thumbnail-author
Dedi
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Menko Infra AHY Menko Infra AHY (Dok. Menko Infra)

Ntvnews.id, Jakarta - Dalam perannya sebagai Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (Menko AHY) menyampaikan komitmen kuat Indonesia untuk memainkan peran penting dalam membentuk masa depan pembangunan global yang adil dan berkelanjutan. Ia menegaskan bahwa sebagai negara demokrasi terbesar keempat dan penghubung strategis antara Asia, Afrika, dan Pasifik, Indonesia memiliki posisi unik untuk mendorong perubahan positif di dunia.

Pernyataan tersebut disampaikan dalam pidato kunci Menko AHY pada gelaran Southeast Asia Summit for Prosperity and Sustainability di Universitas Stanford, Selasa, 20 Mei 2025 waktu setempat, di hadapan audiens internasional dari berbagai sektor.

Dalam kesempatan itu, Menko AHY menyampaikan tiga hal mendesak yang harus menjadi prioritas bagi masa depan Asia Tenggara, yakni pentingnya menyatukan pembangunan berkelanjutan dan kemakmuran, menghubungkan inovasi tingkat global dengan aksi nyata di level lokal, serta memperkuat kerja sama regional dengan menjadikan ASEAN sebagai motor utama.

“Mari kita bersatu dalam tujuan dan teguh dalam tindakan untuk membangun Asia Tenggara yang tangguh dan adil,” tegas Menko AHY dalam pidatonya yang mendapat sambutan antusias dari para akademisi, pengambil kebijakan, pelaku usaha, hingga perwakilan organisasi pembangunan internasional.

Ia juga menyoroti peran baru Asia Tenggara yang kini tak hanya merespons dinamika global, namun juga ikut mengarahkan perubahan. Dengan pertumbuhan ekonomi yang melampaui rata-rata dunia serta populasi kelas menengah yang terus meningkat, kawasan ini berada dalam posisi strategis untuk memimpin perubahan global menuju sistem yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Menko AHY turut menjelaskan upaya konkret yang dilakukan Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Berbagai program strategis tengah dijalankan, mulai dari peningkatan ketahanan pangan dan sumber daya air, pengembangan energi terbarukan seperti panas bumi dan pengolahan sampah menjadi energi, hingga pembangunan infrastruktur yang mampu menghadapi tantangan iklim dan urbanisasi.

“Transisi hijau harus menjadi jalan menuju kehidupan yang lebih baik, bukan sekadar target teknokratis. Solusi harus pragmatis, adil, dan menyentuh kebutuhan riil masyarakat,” ujarnya.

Lebih lanjut, Menko AHY menekankan bahwa keberhasilan pembangunan berkelanjutan juga bergantung pada kemampuan menjembatani kemajuan teknologi dengan kebutuhan masyarakat setempat.

“Kita tidak hanya butuh inovasi yang cepat, tetapi juga distribusi yang adil. Teknologi harus dirancang bersama komunitas, bukan hanya dibawa dari luar,” lanjutnya.

Dalam kaitan kerja sama kawasan, AHY mendorong peran ASEAN agar berkembang dari sekadar forum musyawarah menjadi wadah nyata dalam penyelesaian persoalan bersama. Ia juga mengajak Amerika Serikat untuk memperkuat kemitraan strategis dengan berkontribusi dalam proyek-proyek infrastruktur yang berkelanjutan di Asia Tenggara.

"Sebagai negara demokrasi terbesar keempat di dunia dan jembatan alami antara Asia, Afrika, dan Pasifik, Indonesia siap membantu membentuk agenda pembangunan yang tidak hanya berkelanjutan, tetapi juga adil. Kemakmuran harus inklusif, dan keberlanjutan harus mencerminkan realitas Asia Tenggara — tempat ketahanan dibangun bukan hanya di ruang rapat, tapi juga di ladang, desa, pesisir, dan ekonomi informal," ujarnya.

Sebagai penutup, Menko AHY menyampaikan apresiasi kepada Universitas Stanford yang dinilainya sebagai pusat inovasi global. Ia menilai Stanford mampu mempertemukan riset ilmiah dengan kebijakan strategis, serta mempererat sinergi antara Asia Tenggara dan komunitas global.

Acara ini turut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, di antaranya Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Ketua MPR Edhie Baskoro Yudhoyono, Peneliti Tamu di Precourt Institute Gita Wirjawan, Direktur Hoover Institution dan mantan Menteri Luar Negeri AS Dr. Condoleezza Rice, serta Dekan Stanford Doerr School of Sustainability, Dr. Arun.

x|close