Panglima Tertinggi Korps Pengawal Revolusi Islam Iran, Hossein Salami Tewas Dibunuh Israel

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 13 Jun 2025, 14:46
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Penulis & Editor
Bagikan
Komandan Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC), Hossein Salami, tewas dalam serangan udara Israel Komandan Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC), Hossein Salami, tewas dalam serangan udara Israel (AP News)

Ntvnews.id, Iran - Komandan Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC), Hossein Salami, tewas dalam serangan udara Israel pada Jumat dini hari, 13 Juni 2025, menurut beberapa laporan. Ia menjadi pejabat Iran dengan jabatan tertinggi yang gugur dalam insiden tersebut.

Dilansir dari BBC, Salami, 65 tahun, dikenal sebagai tokoh garis keras yang mengecam keras lawan Iran, termasuk Israel dan Amerika Serikat. Bulan lalu, ia memperingatkan bahwa Teheran akan “open the gates of hell” jika diserang oleh salah satu negara tersebut.

Israel melancarkan serangan berskala besar terhadap Iran, menargetkan fasilitas nuklir, pabrik rudal balistik, serta fasilitas militer komandan militer, meskipun Presiden AS Donald Trump telah memperingatkan Israel agar tidak menggagalkan pembicaraan soal potensi kesepakatan nuklir.

Teheran sebelumnya menegaskan bahwa Israel dan AS, yang membantah keterlibatannya, akan 'membayar harga mahal" akibat serangan ini, yang dikhawatirkan dapat memicu eskalasi perang di kawasan yang sudah rentan.

Selain Salami, serangan Israel juga menewaskan Mohammad Bagheri, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran; Gholamali Rashid, Wakil Komandan Angkatan Bersenjata; serta beberapa ilmuwan nuklir Iran.

Sehari sebelum serangan, Salami menyatakan bahwa Iran “siap sepenuhnya untuk menghadapi segala skenario, situasi, dan keadaan.”

Karier Salami dimulai pada 1980 saat bergabung dengan IRGC selama Perang Iran-Irak. Ia naik jabatan menjadi wakil komandan pada 2009 dan menjadi komandan pada 2019.

Sejak awal 2000-an, ia telah dikenakan sanksi oleh Dewan Keamanan PBB dan AS karena keterlibatannya dalam program nuklir dan militer Iran.

Selama ini, Salami kerap membanggakan kemampuan militer Iran, bahkan pernah menyatakan bahwa negara itu “hampir menjadi kekuatan dunia.” Ia sempat menyambut prospek konfrontasi militer dengan Israel dan AS. Menyusul serangan Israel terhadap target Iran di Suriah pada 2019, ia berjanji akan “menghapus rezim Zionis" dari peta politik dunia.

Ketika sebuah serangan menyasar kedutaan Iran di Suriah pada April tahun lalu—yang menewaskan tujuh anggota IRGC termasuk dua jenderal—Salami kembali mengancam: “Orang-orang kami akan menghukum rezim Zionis."

Iran dan Israel dulunya merupakan sekutu hingga revolusi Iran pada 1979. Sejak itu, rezim baru aktif memusuhi Israel dan tidak mengakui eksistensinya. Ayatollah Ali Khamenei, pemimpin tertinggi Iran saat ini, menyebut Israel sebagai “tumor kanker yang “tanpa diragukan lagi akan dicabut hingga akar dan dihancurkan.”

Israel menuding retorika Iran sebagai ancaman eksistensial dan mengkritik pembangunan kekuatan proxy di wilayah tersebut, termasuk dukungan terhadap gerakan militan Syiah Lebanon, Hezbollah.

Selain tugasnya sebagai komandan, Salami dan perwira tinggi IRGC secara rutin memberi saran langsung kepada pemimpin tertinggi Iran.

Siapa Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC)?

Pemimpin ulama Iran mendirikan IRGC 40 tahun lalu untuk menjaga sistem Islam dan sebagai penyeimbang militer reguler yang dinilai tidak sepenuhnya dapat dipercaya.

Dengan lebih dari 190.000 personel aktif dan memiliki kekuatan darat, laut, serta udara sendiri, IRGC menjadi salah satu institusi militer-politik paling berpengaruh, dan ditakuti di Iran.

Berbeda dengan tentara reguler yang menjaga wilayah, IRGC bertugas melindungi rezim. Mereka berada langsung di bawah garis komando pemimpin tertinggi dan tidak diawasi oleh institusi lain.

IRGC juga mengelola senjata strategis serta kontrol atas Pasukan Perlawanan Basij, yang kerap digunakan untuk meredam aksi domestik. Organisasi ini juga memiliki pengaruh ekonomi signifikan—memegang sekitar sepertiga ekonomi Iran melalui anak perusahaan dan kontrak infrastruktur.

Secara regional, IRGC juga memberikan dukungan keuangan, persenjataan, teknologi, pelatihan, dan nasihat kepada pemerintah sekutu. Sayap elitnya, Quds Force, aktif di luar negeri, termasuk di Afghanistan, Irak, Lebanon, Palestina, dan Yaman.

Sejumlah alumni IRGC menduduki posisi penting dalam pemerintahan, parlemen, dan tubuh politik lainnya—termasuk mantan Presiden Mahmoud Ahmadinejad dan mantan Ketua Parlemen Ali Larijani.

x|close