Ntvnews.id, Jakarta - Pemerintah Gaza menuduh Israel melakukan kejahatan baru terhadap rakyat Palestina dengan mencampurkan zat narkotika ke dalam bantuan pangan yang dikirimkan ke wilayah yang terkepung.
Tuduhan ini menyebutkan bahwa pusat distribusi bantuan yang didukung oleh Israel dan Amerika Serikat menyelundupkan zat adiktif ke dalam kantong tepung yang dibagikan kepada warga yang terancam kelaparan akibat blokade dan serangan militer.
Dilansir dari Al Arabiya, Kantor Media Pemerintah Gaza menyatakan bahwa mereka menemukan indikasi kuat adanya pencampuran zat adiktif dalam bantuan makanan, terutama tepung terigu.
"Kami menganggap pendudukan Israel sepenuhnya bertanggung jawab atas kejahatan ini, yang bertujuan untuk menyebarkan kecanduan dan menghancurkan masyarakat Palestina dari dalam," bunyi pernyataan resmi dari pemerintah Gaza.
Tudingan ini diperkuat oleh Omar Hamad, seorang apoteker sekaligus penulis asal Gaza, yang mengklaim bahwa Israel menyelundupkan Oxycodone, obat penghilang rasa sakit yang sangat adiktif melalui bantuan makanan.
"Terungkap pula bahwa obat itu tidak hanya disembunyikan di dalam kantong tepung, tetapi tepung itu sendiri tampaknya tercampur dengannya," ungkap Omar Hamad dalam unggahan di platform X pada Kamis.
Menanggapi temuan tersebut, Komite Anti-Narkoba di Gaza menyerukan kewaspadaan kepada masyarakat. Mereka mengimbau agar warga memeriksa dengan saksama bantuan makanan yang datang dari apa yang mereka sebut sebagai perangkap maut yang disebut pusat bantuan AS-Israel, serta segera melaporkan bila menemukan zat mencurigakan.
Dugaan pencampuran narkotika ini memperparah krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung. Perserikatan Bangsa-Bangsa sebelumnya telah mengecam keras tindakan militer Israel yang menembaki warga sipil saat mereka mencoba mengakses bantuan kemanusiaan.
"Orang-orang yang putus asa dan lapar di Gaza terus menghadapi pilihan yang tidak manusiawi, yaitu mati kelaparan atau berisiko dibunuh saat mencoba mendapatkan makanan," tulis pernyataan dari kantor hak asasi manusia PBB.
Menurut catatan PBB, lebih dari 410 warga Palestina telah tewas dan setidaknya 3.000 orang lainnya terluka akibat ditembak saat berusaha mencapai lokasi distribusi bantuan.
Distribusi bantuan pangan yang kini disorot itu dilakukan oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF), lembaga bantuan yang didukung oleh Israel dan AS. Operasi ini dimulai pada 26 Mei 2025, menyusul terhentinya total pasokan makanan dan kebutuhan pokok ke Gaza selama lebih dari dua bulan.