Ntvnews.id, Jakarta - Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) pada Selasa, 15 Juli 2025, melaporkan bahwa tingkat malnutrisi akut pada anak-anak di Jalur Gaza meningkat dua kali lipat sejak Maret 2025, saat Israel kembali melancarkan serangan militer dan memperketat blokade wilayah tersebut.
Sekitar 10,2 persen dari hampir 16.000 anak di bawah usia lima tahun yang diperiksa di klinik UNRWA pada Juni 2025 mengalami malnutrisi akut. Angka ini naik dari 5,5 persen dari sekitar 15.000 anak yang diperiksa pada Maret.
Kondisi krisis pangan di Gaza memburuk setelah Israel menghentikan gencatan senjata pada Maret dan melarang masuknya bahan makanan serta pasokan penting lain ke wilayah yang dihuni lebih dari dua juta penduduk Palestina. Israel menyatakan langkah itu bertujuan memberi tekanan kepada Hamas agar membebaskan para sandera.
Baca Juga: Soal Relokasi Warga Gaza, Kanselir Jerman Kecam Keras!
Dilansir dari Euro News, Jumat, 18 Juli 2025, UNICEF yang melakukan pemantauan terpisah dari UNRWA—mencatat sekitar 5.870 kasus malnutrisi anak pada Juni, lebih dari dua kali lipat dibandingkan sekitar 2.000 kasus yang tercatat pada Februari. Lembaga tersebut menyebut kenaikan ini sebagai tren peningkatan selama empat bulan berturut-turut.
Para ahli sebelumnya telah mengingatkan risiko kelaparan massal sejak Israel memperketat blokade di wilayah Gaza.
Sejak adanya pelonggaran terbatas pada akhir Mei, Israel rata-rata hanya mengizinkan 69 truk bantuan masuk setiap hari, menurut data terbaru dari COGAT—badan militer Israel yang menangani koordinasi bantuan kemanusiaan. Jumlah ini jauh di bawah ratusan truk per hari yang dinilai PBB diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar warga Gaza.
Dalam perkembangan lain, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa dalam 24 jam terakhir, 93 jenazah korban serangan udara Israel dibawa ke rumah sakit, bersama dengan 278 orang yang terluka.
Baca Juga: PM Israel dan Trump Klaim Sepakat dengan Negara yang Bakal Relokasi Warga Gaza
Salah satu serangan di kamp pengungsi Shati di Gaza utara menewaskan anggota legislatif Hamas, Mohammed Faraj al-Ghoul, bersama satu keluarga beranggotakan delapan orang termasuk enam anak yang berlindung di gedung yang sama.
Menurut Rumah Sakit Shifa, salah satu serangan paling mematikan terjadi pada Senin malam di distrik Tel al-Hawa, Gaza City. Sebuah rumah dihantam dan menewaskan 19 anggota keluarga, termasuk delapan perempuan dan enam anak. Di lokasi berbeda di distrik yang sama, serangan terhadap tenda pengungsian menewaskan pasangan suami istri dan dua anak mereka.
Militer Israel belum memberikan tanggapan atas laporan ini. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menegaskan hanya menargetkan militan dan berusaha meminimalkan korban sipil. IDF juga menuduh Hamas bertanggung jawab atas jatuhnya korban warga sipil dengan menempatkan operasi mereka di kawasan padat penduduk.