Israel Pindah Paksa Warga Gaza Utara ke Selatan

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 18 Agu 2025, 10:55
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Warga Palestina memeriksa dampak serangan udara Israel yang menargetkan tenda koresponden di depan Rumah Sakit Al-Shifa, sebelah barat Kota Gaza, 11 Agustus 2025. Selasa, 12 Agustus 2025 Warga Palestina memeriksa dampak serangan udara Israel yang menargetkan tenda koresponden di depan Rumah Sakit Al-Shifa, sebelah barat Kota Gaza, 11 Agustus 2025. Selasa, 12 Agustus 2025 (ANTARA)

Ntvnews.id, Tel Aviv - Israel tengah mempersiapkan langkah untuk memindahkan secara paksa warga sipil dari Gaza utara menuju selatan dengan dalih menjaga keselamatan mereka, seiring rencana dimulainya serangan militer baru.

Dilansir dari Reuters, Senin, 18 Agustus 2025, pihak militer Israel menyebut akan menyediakan tenda serta perlengkapan perlindungan bagi penduduk Gaza utara sebelum direlokasi ke selatan. Israel mengklaim pemindahan itu dilakukan agar warga terhindar dari zona pertempuran.

Rencana ini muncul hanya beberapa hari setelah Israel menyatakan akan melancarkan operasi militer lanjutan guna menguasai kawasan Gaza utara, yang selama ini menjadi pusat perkotaan terbesar di wilayah kantong tersebut. Keputusan itu memicu keprihatinan komunitas internasional terkait kondisi Gaza yang sudah porak poranda akibat serangan berbulan-bulan.

Baca Juga: Warga Gaza Hadapi Krisis Air yang Mematikan

Kawasan Gaza dihuni sekitar 2,2 juta jiwa. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyebut upaya relokasi warga sipil ini bertujuan menempatkan mereka di "zona aman." Ia menegaskan bahwa Gaza masih menjadi basis utama kelompok Hamas.

Bantuan perlindungan yang dijanjikan Israel nantinya akan disalurkan melalui penyeberangan Kerem Shalom di Gaza selatan, bekerja sama dengan PBB dan organisasi kemanusiaan internasional. Namun, seluruh bantuan tersebut tetap harus melewati pemeriksaan Kementerian Pertahanan Israel.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyampaikan kekhawatiran, dengan menilai rencana relokasi hanya akan menambah penderitaan rakyat Gaza. Meski begitu, badan PBB ini tetap berencana memanfaatkan momentum tersebut untuk menyalurkan lebih banyak bantuan.

Baca Juga: BAZNAS RI Bersama Le Minerale Salurkan 224.000 Liter Air Bersih untuk Warga Gaza

Sejumlah pejabat Palestina maupun PBB menegaskan bahwa tidak ada satu pun wilayah di Gaza yang benar-benar aman, termasuk bagian selatan. Militer Israel sendiri menolak memberi rincian teknis terkait mekanisme relokasi ini.

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan rencana serangan baru masih dalam tahap perencanaan. Sementara itu, kelompok Jihad Islam Palestina sekutu Hamas mengecam pengumuman Israel tersebut sebagai bentuk pelecehan terhadap hukum internasional.

Selama sepekan terakhir, serangan udara dan artileri Israel kian gencar menghantam pinggiran Kota Gaza, khususnya di distrik Zeitoun dan Shejaia, dengan warga melaporkan rentetan ledakan hampir sepanjang hari.

Konflik di Gaza telah berlangsung sejak Oktober 2023, setelah serangan Hamas yang menewaskan 1.200 orang di Israel dan menyebabkan ratusan lainnya ditawan. Sejak itu, lebih dari 61 ribu warga Gaza dilaporkan tewas, ratusan ribu mengalami luka, sementara rumah sakit, sekolah, dan berbagai fasilitas vital hancur, memperparah krisis kelaparan di wilayah tersebut.

x|close