Ntvnews.id, Jakarta - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan pada Selasa, 19 Agustus 2025, bahwa jumlah pekerja kemanusiaan yang tewas sepanjang 2024 mencapai rekor tertinggi, yaitu 383 orang. Angka tersebut meningkat 31 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dengan sebagian besar korban akibat konflik berkepanjangan di Gaza dan Sudan.
Dalam pernyataan memperingati Hari Kemanusiaan Sedunia, PBB menyebutkan bahwa 181 korban jiwa berasal dari Gaza dan 60 lainnya dari Sudan.
Sebagian besar merupakan staf lokal yang diserang saat menjalankan misi atau bahkan ketika berada di rumah. Laporan itu menegaskan bahwa aktor negara tercatat sebagai pihak yang paling banyak bertanggung jawab atas serangan mematikan terhadap pekerja kemanusiaan.
Selain korban tewas, sepanjang 2024 juga tercatat 308 pekerja terluka, 125 orang diculik, dan 45 ditahan.
Baca Juga: Gegara PBB Naik 300 Persen, Demo Ricuh di Kantor Bupati Bone
“Setiap serangan terhadap pekerja kemanusiaan adalah serangan terhadap kita semua dan terhadap masyarakat yang mereka layani,” ujar Kepala Bantuan Kemanusiaan PBB, Tom Fletcher, dikutip dari Hurriyet Daily News, Rabu, 20 Agustus 2025.
Ia menilai besarnya skala kekerasan tanpa adanya pertanggungjawaban mencerminkan kegagalan komunitas internasional dalam melindungi mereka.
Fletcher mendesak negara-negara berpengaruh untuk segera mengambil langkah melindungi warga sipil dan pekerja kemanusiaan, serta memastikan pelaku dibawa ke pengadilan.
Menurut data Aid Worker Security Database, hingga 14 Agustus 2025, sedikitnya 265 pekerja kemanusiaan kembali kehilangan nyawa. PBB memperingatkan bahwa serangan semacam ini melanggar hukum humaniter internasional dan menghambat distribusi bantuan penting bagi jutaan orang di wilayah konflik maupun bencana.
Baca Juga: AS-China Berdebat Sengit di DK PBB
“Pekerja kemanusiaan tidak boleh dijadikan sasaran. Kekerasan ini bukan keniscayaan, dan harus segera dihentikan,” tegas Fletcher.
Di sisi lain, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan lebih dari 800 serangan terhadap fasilitas kesehatan di 16 wilayah sejak awal 2025, yang menewaskan lebih dari 1.110 tenaga medis dan pasien, serta melukai ratusan lainnya.
WHO menekankan bahwa serangan tersebut berdampak jangka panjang, menghalangi masyarakat mengakses layanan vital, membahayakan tenaga kesehatan, dan memperlemah sistem kesehatan yang sudah rapuh.
Hari Kemanusiaan Sedunia yang diperingati setiap 19 Agustus merujuk pada peristiwa pengeboman kantor PBB di Baghdad tahun 2003, yang menewaskan Kepala HAM PBB Sergio Vieira de Mello beserta 21 staf kemanusiaan lainnya.