Ntvnews.id, Canbera - Seorang pria asal Australia berusia 56 tahun masih dalam pencarian pada Rabu, 27 Agustus 2025, sehari setelah menembak mati dua polisi dan melukai satu petugas lainnya. Aparat setempat terus melakukan perburuan terhadap pelaku bersenjata tersebut.
Pelaku diidentifikasi sebagai Dezi Freeman, yang menurut media lokal dikenal sebagai penganut teori konspirasi ekstrem. Lokasi kejadian, sebuah properti pedesaan di Porepunkah, timur laut Victoria, kini dipasangi garis polisi dan dijaga ketat.
“Tersangka dalam peristiwa mengerikan ini masih buron,” kata Kepala Kepolisian Victoria, Mike Bush, dalam konferensi pers yang dikutip dari AFP, Kamis, 28 Agustus 2025.
Baca Juga: Satgas Damai Cartenz Rekonstruksi TKP Penembakan Brigpol Ronal M. Enok
“Kami mengerahkan semua sumber daya untuk menemukannya. Orang ini harus segera ditangkap,” tegasnya.
Bush menambahkan bahwa Freeman dianggap sangat berbahaya karena telah menembak mati dua petugas dan melukai satu lainnya. Polisi juga meyakini pelaku memiliki sejumlah senjata api dengan daya tembak tinggi.
Baku tembak terjadi pada Selasa,26 Agustus 2025 pagi, ketika sepuluh polisi mendatangi properti Freeman dengan membawa surat perintah penggeledahan. Meski sempat ditembaki polisi, Freeman diduga tidak terluka dan berhasil kabur dari lokasi.
Baca Juga: 8 Tewas Dalam Aksi Penembakan Brutal di Bar
Pertempuran senjata berlangsung beberapa menit dan menewaskan seorang detektif berusia 59 tahun serta seorang polisi senior berusia 35 tahun. Sementara itu, petugas yang terluka telah menjalani operasi. Meski cedera yang diderita cukup serius, kondisinya dipastikan akan pulih.
Kasus penembakan mematikan jarang terjadi di Australia, terlebih yang menargetkan aparat kepolisian. Sejak tragedi penembakan massal di Port Arthur, Tasmania, tahun 1996 yang menewaskan 35 orang, pemerintah Australia telah melarang penggunaan senjata otomatis dan semi-otomatis untuk mencegah peristiwa serupa terulang.